Sunday, January 2, 2022

Produksi Papan Tiruan*, Peternakan Ruminansia dan Industri Pakan Ternak dari Kebun Biomasa

Papan tiruan seperti papan laminasi, papan partikel, papan serat dan papan semen bisa dibuat dari kayu kebun biomasa. Selain kayu tersebut berukuran kecil, juga kualitasnya rendah yang saat ini belum memiliki nilai pemanfaatan yang memadai. Hutan atau kebun tanaman biomasa bisa digunakan untuk bahan baku papn tiruan tersebut. Dengan tanaman rotasi cepat dengan trubusan (short rotation coppice) dan jenis tanaman tumbuh cepat (fast growing species) seperti kaliandra dan gamal / gliricidia sangat potensial sebagai bahan baku papan tiruan tersebut. Produksi papan tiruan ini juga menggunakan jenis bahan baku yang sama dengan wood pellet yakni limbah-limbah kayu atau kayu-kayu seharga kayu limbah. Kayu produksi dari kebun biomasa ini masuk kelompok yang kedua yakni kayu-kayu seharga kayu limbah. Bahkan dilain sisi industri pengolahan kayu besar yang menghasilkan banyak limbah kayu tidak sedikit yang mengolah limbahnya tersebut untuk produksi wood pellet dan papan tiruan tersebut. 

Tetapi akan lebih baik apabila produksi sumber bahan baku untuk papan tiruan tersebut berasal dari hutan atau kebun tanaman biomasa sehingga tidak hanya kayu bahan baku untuk papan tiruan tersebut tetapi juga daun dan bunganya juga dimanfaatkan. Daun tersebut selanjutnya bisa sebagai pakan ternak ruminasia dan bahkan produksi pakan ternak tersebut sebagai industri tersendiri. Sedangkan bunga dari kebun tersebut bisa digunakan untuk peternakan lebah madu. Pada usaha peternakan khususnya ruminansia, pakan merupakan komponen biaya tertinggi  yang diperkirakan mencapai 80% lebih. Hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut yang luasnya mencapai ribuan hektar dan mampu sebagai sumber pakan utama peternakan ruminansia besar. Bahkan apabila terjadi surplus yang besar maka industri pakan ternak juga perlu dibuat berdiri sendiri.

Pakan ternak dalam bentuk hay dan pellet cocok untuk penggunaan jarak jauh karena biaya transportasi akan murah. Pada dasarnya juga seluruh bagian dari pohon tersebut bisa dimanfaatkan sehingga memberikan keuntungan yang optimal. Untuk menjaga keberlanjutan hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut maka juga perlu pengelolaan yang baik sehingga bahkan perfoma produktivitas hutan atau kebun biomasa tersebut bisa terjaga. Seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maka kebutuhan untuk perumahan maupun sarana kehidupan lain juga meningkat demikian juga pangan. Hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut bisa membantu mengatasi kedua masalah tersebut. 

*Papan tiruan yang dimaksud adalah papan laminasi, papan partikel, papan serat dan papan semen. Sedangkan kayu lapis (plywood) tidak termasuk di dalamnya, walaupun plywood termasuk pula jenis papan tiruan. Produksi plywood dari lembaran veener yang berasal dari kayu diameter besar, tidak seperti kebun biomasa ini.   

Tuesday, November 23, 2021

Urgensi Produksi  Hay 

Kalau di negara empat musim pada musim dingin tanaman pertumbuhannya sangat lambat bahkan berhenti tumbuh sehingga hay digunakan sebagai tambahannya, sedangkan di Indonesia pada musim kemarau rerumputan juga hijauan terbatas sehingga untuk mempertahankan performa peternakan seharusnya pakan tambahan seperti hay ini digunakan. Dengan dibuat hay, pakan ternak menjadi tahan lama sehingga bisa untuk sumber pakan ketika pasokan berkurang. Dengan kondisi kering dan dipadatkan maka hay menjadi mudah disimpan dan penggunaannya. Pada peternakan yang berorientasi pada perkembangbiakkan (breeding) kualitas pakan biasanya tidak sebagus pada peternakan yang berorientasi pada penggemukan (fattening). Durasi breeding yang lebih lama daripada fattening adalah salah satu pertimbangan tersebut, karena pakan menjadi komponen biaya tertinggi pada usaha peternakan.

Karena berbagai faktor seperti karena kondisi geografi dan tenaga kerja, sejumlah negara bahkan harus mengimport pakan ternak khususnya hay tersebut. Amerika Serikat misalnya mengeksport tidak kurang 700.000 ton hay setiap tahunnya ke Jepang, Taiwan dan Korea. Daun leguminoceae seperti indigofera, kaliandra dan gliricidia / gamal adalah sumber pakan ternak ruminansia sangat potensial untuk produksi hay tersebut. Selain bisa ditanam khusus untuk produksi hay tersebut leguminoceae tersebut juga bisa sebagai tanaman kebun energi atau kebun biomasa. Integrasi kebun energi atau kebun biomasa tersebut dengan usaha peternakan khususnya produksi pakan ternak dalam bentuk produk hay adalah kombinasi yang sangat menarik.  

Selain untuk pasar export, pasar dalam negeri atau lokal juga tidak kalah menarik. Daerah-daerah dengan tanah yang luas bisa sebagai sentra-sentra produksi hay tersebut selanjutnya didistribusikan ke sejumlah sentra peternakan ruminansia. Hay dengan kondisi kering dan dipadatkan (densified) sehingga mudah didistribusikan bahkan dalam jarak jauh sekalipun. Hal ini berbeda dengan silase yang kondisinya basah sehingga tidak bisa dipadatkan seperti hay tersebut. Dengan terpenuhinya pakan maka performa usaha peternakan ruminansia bisa terjaga. Pada kebun energi atau kebun biomasa, kayu bisa diolah menjadi produk energi seperti wood chip, wood pellet, wood briquette maupun sawdust charcoal briquette, atau pun produk non-energi seperti particle board. Itu berarti seluruh bagian pohon tersebut bisa dimanfaatkan.

Saturday, August 28, 2021

Pemanfaatan Lahan  Marginal dan Bekas Tambang Batubara untuk Peternakan Ruminansia dan Produksi Briket Arang 

Photo dari sini
Luasnya lahan marjinal termasuk lahan kritis dan lahan tidur yang mencapai lebih dari 6 juta hektar serta lahan bekas tambang batubara yang diperkirakan mencapai 8 juta hektar adalah masalah lingkungan yang harus diatasi. Membuat lahan-lahan tersebut kembali menjadi lahan produktif sehingga selain mencegah bencana lingkungan lebih besar juga memberi manfaat lain bagi kehidupan manusia. Salah satu solusi untuk masalah tersebut adalah menanami lahan tersebut dengan tanaman perintis kelompok leguminoceae atau polong-polongan yang akarnya kuat mencengkeram tanah dan bersimbiosis dengan azetobacter sehingga menyuburkan tanah tersebut seperti kaliandra dan gamal (gliricidia) juga daunnya sebagai sumber pakan ternak, bunganya untuk produksi madu dan kayunya untuk produksi briket arang. Atau dengan kata lain pembuatan kebun tersebut selain memiliki manfaat lingkungan sebagai upaya untuk konservasi dan reklamasi lahan berikut konservasi air juga tentunya, juga memberi manfaat untuk peternakan ruminansia atau produksi pakan ternak tersebut dan produksi briket arang. Peternakan ruminansia yakni domba, kambing dan sapi sangat cocok dikembangkan dengan pemanfaatan daun perkebunan tersebut. Kombinasi dengan briket arang yakni dengan pemanfaatan kayu tersebut adalah paduan atau integrasi ideal. Di sejumlah negara briket arang tersebut digunakan untuk bahan bakar memanggang BBQ dari daging domba, kambing dan sapi tersebut. Jadi selain seluruh bagian pohon bisa termanfaatkan juga bahkan produk akhir peternakan berupa daging dan pengolahan kayunya sehingga menjadi briket arang juga bertemu lagi. Paduan atau integrasi yang menarik dan unik.

Kebutuhan daging merah yakni domba, kambing dan sapi di dalam negeri sendiri masih kekurangan sehingga membutuhkan suplai yang mencukupi. Pada daging kambing dan domba kebutuhan untuk daerah Jabodetabek saja masih belum terpenuhi, sehingga disuplai secara bergantian dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung secara bergantian. Selain itu menurut Aspaqin (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) telah terjadi ketimpangan suplai domba dan kambing akibat banyaknya domba dan kambing betina produktif yang dipotong atau disembelih. Kondisi ini menyebabkan keberlanjutan pasokan domba dan kambing itu sendiri menjadi terganggu. Menurut data Aspaqin (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) yang dihimpunnya bahwa telah terjadi penyembelihan betina sebanyak 63% dari anggotanya dari total 331.693 ekor yang disembelih. Tentu saja masih banyak yang tidak terdata karena masih banyak pengusaha aqiqah yang tidak menjadi anggota Aspaqin tersebut. Selain itu juga banyak warung-warung makan masakan kambing seperti warung-warung sate yang masih menyembelih domba dan kambing betina produktif. Upaya edukasi dan sosialisasi terus diupayakan Aspaqin untuk memperbaiki kondisi tersebut termasuk usulan untuk memberikan punishment terhadap penyembelihan betina produktif tersebut. 

Sedangkan di sektor sapi potong, Indonesia memiliki keunggulan pada penggemukan sapi (feedlot) tersebut. Dengan tersedianya banyak limbah-limbah pertanian dan limbah agroindustri di Indonesia membuat usaha tersebut sangat kompetitif bahkan Indonesia terbaik. Apalagi ini dengan membuat suatu perkebunan yang dirancang secara khusus untuk sumber pakan tersebut dengan memanfaatkan lahan yang bisa dikatakan tidak produktif pada awalnya. Dengan hanya membutuhkan waktu hanya sekitar 100-120 hari penggemukan tersebut berhasil atau selesai dilakukan walaupun umumnya sapi bibit atau sapi bakalan umumnya masih import dari Australia. Australia khususnya Australia bagian utara adalah sentra sapi bakalan tersebut. Dengan luasnya padang penggembalaan disana membuat biaya produksi sapi bakalan tersebut sangat kompetitif dan belum bisa dilakukan di Indonesia dengan baik. Walaupun sejumlah wacana untuk melakukan produksi sapi bakalan di Indonesia bagian timur dan perkebunan sawit tetapi faktanya masih belum atau masih sangat minim. Selain itu menurut Gapuspindo (Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia) kebutuhan daging sapi dalam negeri juga belum terpenuhi atau masih kekurangan sekitar 60% dan kekurangan ini diisi dengan import daging kerbau dari India. Daging kerbau dari India tersebut sebenarnya harus dijual lebih murah dari daging sapi, tetapi faktanya malah sama dengan daging sapi. Kondisi tersebut semakin buruk terutama pada masa menjelang hari raya Idul Fitri dengan banyaknya daging haram yang beredar seperti daging babi hutan. 


Briket arang adalah produk pengolahan kayu dari kebun tersebut. Produksi briket arang yang menggunakan bahan baku kayu tersebut juga harus dikelola dengan baik sehingga bisa terus berkelanjutan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah panen kayu untuk produksi briket arang tersebut jangan sampai melebihi produksi kayu dari kebun itu sendiri, misalnya kebutuhan kayu untuk produksi briket tersebut 1000 ton/bulan maka kecepatan produksi kayu dari kebun tersebut minimal sama dengan kayu yang dipanen setiap bulan tersebut. Teknik produksi briket arang juga tersedia 2 opsi atau rute seperti skema dibawah ini. Tetapi rute 1 yakni pembriketan sebelum karbonisasi, lebih banyak diminati karena kualitas briket yang dihasilkan lebih baik. Pada rute tersebut bahan baku biomasa kayu yang telah dikecilkan ukurannya (down sizing) sehingga ukuran partikelnya sesuai untuk produksi briket tersebut dan juga tingkat kekeringannya juga sudah disesuaikan lalu dibriket atau di press dalam mesin briket tanpa menggunakan perekat tambahan. Produk briket tersebut selanjutnya dikarbonisasi sehingga menjadi produk akhir berupa briket arang atau biasa dengan nama pasaran sawdust charcoal briquette.

Photo dari sini
Selain untuk konsumsi dalam negeri, domba dan kambing ini juga menjadi komoditas export ke sejumlah negara. Info yang didapat dari Pusdatin Kementan bahwa domba dan kambing Indonesia telah di export antara lain ke Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA). Pada dasarnya pilihan untuk melakukan bisnis export domba dan kambing adalah pilihan peternak itu sendiri dan spesifikasi untuk pasar export juga berbeda untuk kebutuhan lokal. Jika pasar lokal umumnya menggunakan domba dan kambing dengan berat 25-35 kg per ekor, maka untuk pasar export umumnya mensyaratkan berat di atas 35 kg per ekornya. Sebagai contoh untuk pasar domba dan kambing yang besar adalah Arab Saudi khususnya pada musim haji yang mencapai sekitar 2 juta ekor atau seperempat kebutuhan negara tersebut yang berarti mencapai 8 juta ekor per tahunnya. 

Dan terakhir, pada dasarnya kebutuhan pangan khususnya protein hewani serta lebih khusus lagi dari ruminansia domba, kambing dan sapi akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk itu sendiri. Penduduk dunia diperkirakan mencapai 10 milyar pada tahun 2050 atau 1,3 kali lipat saat ini dan penduduk Indonesia mencapai 319 juta jiwa pada 2045 atau 1,2 kali lipat dari saat ini. Hal lain yang patut menjadi perhatian adalah bonus demografi Indonesia. Bonus demografi dengan dominasi angkatan muda produktif seharusnya menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia jika didukung dan diarahkan dengan benar. Sektor ini tentu saja menjadi salah satu solusi. Dengan luas lahan di Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk usaha ini insyaAllah mengatasi berbagai masalah penting saat ini seperti ketahanan pangan, mencegah kerusakan lingkungan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup, peningkatan kualitas pangan dan sebagainya. 

Thursday, July 22, 2021

Peternakan Doka (Domba dan Kambing) Berbasis Kebun Energi

Kebutuhan pangan khususnya protein hewani terus meningkat seiring pertambahan penduduk. Daging khususnya dari domba kambing adalah sumber protein hewani yang banyak menjadi favorit atau kesukaan masyarakat. Diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 milyar pada 2050 dan khususnya penduduk Indonesia 319 juta jiwa pada 2045. DKI Jakarta atau Jabodetabek adalah daerah paling padat penduduknya di Indonesia sehingga kebutuhan pangan khususnya protein hewani daging domba kambing semakin besar. Saat ini daerah tersebut mendatangkan kebutuhan daging domba dan kambing dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung secara bergantian tergantung ketersediaan suplai masing-masing daerah tersebut. Hal ini karena tidak ada satu daerahpun yang mampu mencukupi sendiri kebutuhan Jabodetabek tersebut. Atau apabila daerah-daerah tersebut selalu bisa menyuplai kebutuhan Jabodetabek secara rutin maka bisnis bisa terus berkesinambungan dan stabil tetapi tentu saja bisa mengatasi kendala-kendala dalam bisnis Doka ini.

Ternyata sejumlah permasalahan melingkupi bisnis Doka ini diantaranya ketersediaan bibit, skill beternak, ketersediaan pakan, rantai pemasaran dan sebagainya. Hal sederhana misalnya ketersediaan bibit. Walaupun peternak pada umumnya juga belum menggunakan bibit unggul, ketersediaan bibit pun menjadi masalah karena banyak betina produktif yang dipotong atau disembelih. Hal ini terutama karena faktor persaingan bisnis, karena harga jantan lebih mahal membuat Doka betina disembelih padahal ini mengganggu keberlanjutan usaha peternakan tersebut. Aspaqin (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) mencatat telah terjadi penyembelihan betina sebanyak 63% dari anggotanya dari total 331.693 ekor yang disembelih. Tentu saja masih banyak yang tidak terdata karena masih banyak pengusaha aqiqah yang tidak menjadi anggota Aspaqin tersebut. Selain itu juga banyak warung-warung makan masakan kambing seperti warung-warung sate yang masih menyembelih Doka betina produktif. 

Tentu juga akan lebih baik jika Doka yang menjadi bibit adalah Doka pilihan atau unggulan sehingga dihasilkan kuantitas dan kualitas daging lebih baik. Faktor konversi pakan ke daging pada Doka unggulan juga lebih tinggi sehingga lebih menguntungkan. Dan ini terutama menjadi tanggungjawab lembaga-lembaga riset. Domba dorper dan kambing bohr adalah jenis doka unggulan tersebut. Tetapi ada upaya yang lebih mudah dilakukan untuk menjaga keberlangsungan peternakan domba tersebut, yakni dengan mengurangi bahkan melarang pemotongan Doka betina produktif. Dengan cara demikian maka kontinuitas bibit Doka bisa dipertahankan bahkan dikembangkan lebih banyak lagi. Untuk bisa mewujudkan hal ini tentu saja dibutuhkan upaya dari semua pihak. Pemberian insentif atau sangsi bisa saja dilakukan untuk menunjang hal tersebut. 

Masalah skill atau ketrampilan peternak juga menjadi kendala lainnya. Sebagian besar peternak Doka adalah peternak kecil dengan teknik beternak tradisional. Hal tersebut membuatnya sulit apabila digunakan mencukupi permintaan rutin apalagi jumlah besar. Pola peternakan modern harus dilakukan untuk menjadi industri peternakan yang handal sebagai tumpuan mata pencaharian peternak tersebut. Hanya dengan pola tersebut peternakan yang efektif dan efisien bisa dilaksanakan. Dengan persiapan yang baik didukung dengan skill tersebut, pelaku industri peternakan Doka mampu melakukan peternakan Doka secara intensif sehingga diharapkan mampu menyuplai kebutuhan daging tersebut.

Beternak Doka selain merupakan upaya pemenuhan sumber pangan khususnya protein hewani berupa daging dan susu, juga merupakan bagian menyempurnakan syari'at Islam. Jumlah penduduk yang terus meningkat artinya bayi-bayi muslim yang lahir itu orang tuanya diperintahkan untuk melakukan aqiqah. Selain itu juga perayaan Idul Adha yang dilakukan setiap tahun juga membutuhkan Doka sebagai hewan qurban. Domba bahkan sebagai hewan qurban memiliki banyak keutamaan dibandingkan hewan ternak lainnya walaupun sama-sama halal seperti kambing, unta dan sapi. Dalam ayat (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Indikasi lain tentang keutamaan domba juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah. 

Pengembangan kebun energi yang semakin digaungkan akhir-akhir ini dengan produk utama berupa kayu untuk produksi bahan bakar biomasa baik wood chip maupun wood pellet, juga akan menghasilkan limbah atau produk samping berupa daun. Daun dari kaliandra atau gamal (gliricidia) tersebut kaya akan kandungan protein sehingga sangat bagus sebagai sumber pakan ternak Doka tersebut. Jumlah daun yang dihasilkan juga akan sangat banyak sehingga potensi peternakan Doka yang dikembangkan juga akan sangat besar. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan Doka bibit, import berapapun juga diperbolehkan pada peraturan saat ini. Hal ini juga bisa sangat mirip pada usaha penggemukan (feedlot) sapi potong kapasitas besar,M dimana sapi bakalan atau sapi bibit diimport dari Australia, untuk lebih detail baca disini. Fokus penggemukan Doka juga bisa sangat efektif dan efisien atau memiliki keunggulan seperti pada sapi potong bila dilakukan di Indonesia. Limbah daun dari kebun energi bisa jadi pakan yang potensial. 

Selain untuk konsumsi dalam negeri, Doka juga bisa sebagai komoditas export. Untuk keperluan dalam negeri seperti kurban dan aqiqah, pada umumnya menggunakan Doka kecil, yakni dengan berat berkisar 25-35 kg. Sedangkan untuk pasar export kebutuhan Doka biasanya mensyaratkan bobot 35 kg ke atas. Pasar export bisa menjadi segmen tersendiri dan juga pada dasarnya merupakan pilihan peternak itu sendiri. Peternak Doka dari Indonesia juga telah melakukan export Doka ke sejumlah negara antara lain Malaysia, Uni Emirat Arab dan Timor Leste seperti tabel di atas. 

Monday, July 19, 2021

Penggemukan Sapi Potong (Feedlot) Berbasis Kebun Energi

Photo dari sini
Indonesia memiliki keunggulan dalam penggemukan sapi yang dilakukan secara intensif. Sejumlah faktor seperti banyak tersedianya limbah-limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah kehutanan dan biaya tenaga kerja murah, mendukung keunggulan tersebut. Selain harga sapi bakalan atau sapi bibit, faktor pakan memang menjadi faktor penentuan selanjutnya. Dengan keunggulan tersebut Indonesia bisa fokus pada penggemukan sapi potong tersebut. Apabila hal ini dilakukan maka bukan tidak mungkin terjadinya swasembada daging atau minimal import daging akan berkurang. Import daging kerbau dari India yang terus meningkat seharusnya bisa secara bertahap dikurangi, seiring dengan kesiapan industri penggemukan sapi potong dalam negeri. Butuh waktu dan upaya tidak sederhana, jelas tetapi harus dilakukan.

Import sapi bakalan dari Australia, photo dari sini
Idealnya memang sapi bakalan atau sapi bibit tersebut diproduksi sendiri di dalam negeri, hal ini karena Indonesia punya potensi akan hal ini berupa potensi area penggembalaan di Indonesia bagian timur dan perkebunan kelapa sawit. Tetapi faktanya hal tersebut pelaksanaannya masih sangat minim atau bahkan yang secara fokus menekuni dalam bidang tersebut belum ada. Berdasarkan sejumlah kajian bahwa pembiakan sapi hanya efektif dan efisien dilakukan di area padang penggembalaan. Hal inilah yang membuat Australia unggul dalam bidang penyediaan sapi bakalan atau sapi bibit tersebut. Tempat yang luas dan waktu lama di padang gembalaan menjadi kendala Indonesia untuk mandiri sapi bakalan. Tujuan export sapi bakalan dari Australia adalah Indonesia dan terutama dipasok dari Australia bagian utara. Jenis rumput yang hidup di Autralia tersebut juga tidak terlalu cocok untuk penggemukan sehingga mengeksportnya salah satu opsi terbaik. Sedangkan penggemukan sapi (feedlot) di Indonesia hanya membutuhkan waktu 100-120 hari dengan penggunaan ruang kandang ukuran terbatas. Populasi sapi di Australia memang cukup besar atau hampir sama dengan jumlah penduduknya atau rasionya 1 orang 1 sapi, sedangkan di Indonesia jauh lebih kecil. Kerjasama penyediaan sapi bakalan dari Australia untuk digemukkan di Indonesia juga sudah berjalan puluhan tahun. Ada upaya untuk mengurangi import sapi bakalan tersebut, tetapi sepertinya masih dibutuhkan waktu cukup lama. 

Pengembangan kebun energi dengan tujuan utama produksi wood pellet atau bahan bakar biomasa, memiliki limbah atau produk samping berupa daun. Daun tersebut sangat bagus untuk pakan sapi tersebut apalagi dengan kandungan protein yang tinggi. Dengan luasan mencapai ribuan bahkan jutaan hektar yang dicanangkan maka produk samping atau limbah daun yang dihasilkan juga akan sangat banyak tentunya. Dengan ini saja jika Indonesia mau fokus pada penggemukan tersebut maka peluang menjadi pemimpin industri penggemukan sapi di Asia bahkan dunia akan semakin besar. Bila hal itu terjadi maka import daging kerbau dari India maupun daging sapi dari Brazil bisa dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Selain itu bahkan ketika produksi dagingnya berlebih maka export daging juga sangat mungkin dilakukan, termasuk dengan pengolahan daging tersebut sehingga memberi nilai tambah lebih besar. 

Sunday, July 4, 2021

Perayaan Idul Adha ditengah Pandemi

Ada hal yang tidak biasa pada perayaan Idul Adha kali ini atau tepatnya dua tahun terakhir ini yakni tahun 1441 H / 2020 M dan 1442 H / 2021 M. Hal tersebut karena wabah virus corona  (SARS-CoV-2) yang menyebabkan pandemi covid-19. Pandemi ini juga banyak diprediksi menjadi masalah jangka panjang karena kenaikan angka kasus terus meningkat, munculnya berbagai varian baru, vaksinasi yang tidak efektif, sikap masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan (prokes) dan sebagainya. Kompleksitas masalah tersebut tentu membutuhkan upaya yang tidak sederhana dan cepat, tetapi upaya yang terstruktur, sistemik dan masif (TSM) dengan dipimpin oleh pemimpin yang amanah dan kapabel. Disamping menyempurnakan ikhtiar seperti di atas juga selalu diiringi doa sehingga dimudahkan dan diridhoi Allah SWT. 

Idul Adha atau ibadah Qurban dengan salah satu prosesinya penyembelihan hewan Qurban adalah syari'at Islam yang akan terus berlangsung sampai hari kiamat. Ibadah qurban bertujuan mendekatkan diri dengan Allah SWT dilandasi iman takwa. Ibadah qurban juga memiliki dampak sosial berupa melatih dan mengasah kepekaan sosial. Tentang hewan qurban, domba memiliki sejumlah keutamaan dibandingkan dengan jenis hewan ternak lainnya walaupun semuanya halal dimakan, seperti kambing, unta dan sapi. Dalam ayat (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Indikasi lain tentang keutamaan domba juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah.

Salah satu hal yang membedakan Idul Adha ditengah pandemi dengan kondisi biasa adalah peran panitia. Panitia qurban di tengah pandemi memiliki peran lebih penting karena memastikan protokol kesehatan (prokes) bisa dilaksanakan dengan baik. Hal itu bisa dimulai sejak awal berupa pembuatan konsep perayaan Idul Adha ditengah pandemi yang pada dasarnya adalah menghindari terjadinya kerumunan dan prokes bisa dilakukan dengan optimal. Hal tersebut tentu saja membawa konsekuensi tersendiri seperti pada perayaan Idul Adha yang biasanya meriah dengan melibatkan banyak partisipasi warga menjadi sepi dan dilakukan apa perlunya saja. Walaupun demikian demi keselamatan (safety), hal tersebut harus dilakukan dan sebagai satu-satunya pilihan. 

Presentasi Nanung DD, Ph.D
 

Secara teknis pelaksanaan perayaan Idul Adha yakni penyembelihan hewan Qurban adalah sebagai berikut : 

Presentasi Nanung DD, Ph.D
 
Virus corona varian delta (B1617.2) memiliki tingkat penularan yang tinggi, sehingga perhatian terhadap proteksi diri berupa prokes diantaranya masker dan hand sanitizer / sabun menjadi lebih penting. Upaya memaksimalkan proteksi diri tersebut adalah upaya efektif untuk mencegah penularan virus korona varian baru atau varian delta tersebut. Bila sebelumnya kebanyakan hanya menggunakan masker sebagai basa-basi seperti menggunakan masker kain tipis dan hanya didagu, serta jarang mencuci tangan maka untuk varian delta ini hal tersebut menjadi sangat riskan. Penguatan proteksi diri atau prokes adalah kata kunci untuk menghadapi varian delta ini. Sampai kapan virus corona (SARS-CoV-2) bermutasi sehingga membentuk varian-varian baru? Wallahu 'alam.
Photo diambil dari sini
 
 
Daging adalah sumber protein khususnya protein hewani bagi manusia. Makanan dikatakan bergizi biasanya dikaitkan dengan kandungan dan jenis proteinnya. Manfaat protein bagi tubuh manusia sangat banyak, diantaranya untuk  meningkatkan kekebalan tubuh atau imunitas yang sangat dibutuhkan ditengah pandemi baik untuk pencegahan maupun penyembuhan covid-19.  Protein dapat membantu tubuh membentuk imunoglobulin atau antibodi untuk melawan infeksi. Antibodi adalah protein dalam darah kita yang membantu melindungi tubuh dari penyerang berbahaya seperti bakteri dan virus khususnya virus korona. Ketika penyerang asing ini memasuki sel, tubuh kita akan menghasilkan antibodi untuk mencoba mengeliminasinya.

Semoga semakin banyak masyarakat Muslim yang mampu berqurban setiap tahunnya. Pengembangan kebun energi seharusnya mendorong sektor peternakan. Kayu dari kebun energi selanjutnya bisa untuk produksi wood pellet dan penggunaan wood pellet untuk cofiring di PLTU-PLTU di Indonesia. Majunya sektor peternakan tersebut sehingga selain kebutuhan hewan qurban bisa dicukupi sendiri, export hewan qurban ke negara tetangga seperti Malaysia juga sangat mungkin dilakukan, bahkan export ke Arab Saudi untuk musim haji juga bukan hal mustahil. Kebutuhan domba / kambing di Arab Saudi tersebut sekitar 2 juta ekor pada kondisi normal. Tentu kita berdo'a bahwa pandemi ini segera berakhir dan kita bisa mengambil hikmahnya. 

Tuesday, June 8, 2021

Peluang Export Sumber Protein Pakan Ternak Ke Eropa

Daging dan susu adalah sumber protein bagi manusia yang didapat dari hewan khususnya ruminansia, lalu daging dan telur dari unggas dan daging dari ikan. Ketersediaan protein hewani yang mencukupi sangat dibutuhkan. Defisit protein akan berdampak buruk bagi kesehatan. Industri peternakan sangat berperan penting untuk ketercukupan protein hewani tersebut dewasa ini. Untuk menghasilkan protein hewani berupa daging dan susu tersebut dibutuhkan sumber protein yakni protein nabati dalam sumber pakannya untuk peternakan ruminansia  tersebut. Daun gamal dan kaliandra dari kebun energi adalah sumber protein untuk peternakan ruminansia (domba, kambing dan sapi) tersebut. Semakin berkembangnya kebun energi seharusnya juga mendorong industri peternakan. Hal inilah yang penting untuk dipahami oleh para pembuat kebun energi tersebut.

Belajar dari kondisi   Eropa, menurut studi yang dilakukan oleh FEFAC (European Feed Manufacturers’ Federation) atau himpunan produsen pakan di uni Eropa terjadi kondisi defisit protein di sektor industri pakan di Eropa dan untuk itu mereka membuat sejumlah upaya untuk mendapatkan sumber protein pakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Defisit adalah kondisi dimana konsumsi atau penggunaan protein untuk pakan tersebut telah melebihi dari produksinya. Hal itu berarti produksi Eropa berupa sumber protein untuk pakan ternak masih jauh dari kebutuhannya sehingga akibatnya import tidak bisa dihindari.  Walaupun menurut estimasi mereka tidak akan mungkin bisa menggantikan 100% dari sumber protein pakan dengan salah satu cara saja, yang selama sebagian besar dari import tetapi mengurangi ketergantungan tersebut dengan produksi secara lokal protein pakan akan sangat membantu. Motivasi lainnya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein dari bahan transgenik (GMO) yakni kedelai.

Upaya mereka yang pertama adalah penggunaan PAP (processed animal protein). Penggunaan PAP memang  nutrisi tinggi, dan sumber PAP untuk pakan tersebut adalah ayam dan babi. Walaupun telah dibuat aturan kalau PAP ayam tidak boleh untuk pakan ayam dan PAP babi tidak boleh untuk pakan babi ditambah alat untuk mendeteksinya tetapi pada prakteknya hal tersebut sulit dilaksanakan. Hal tersebut karena pabrik pakan yang beroperasi pada umumnya pakan multi-purpose sehingga bisa untuk berbagai jenis binatang ternak. Sangat sedikit pabrik pakan yang membuat pakan khusus. Padahal jika terjadi misalnya PAP ayam untuk pakan ayam dan PAP babi untuk pakan babi maka bisa saja terjadi suatu penyakit pada hewan ternak tersebut. Sebuah contoh yakni pada kasus mammalian meat and bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging mamalia untuk pakan ruminansia. Pada tahun 1996 dengan krisis Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) karena terkait pemberian pakan berasal dari MBM untuk pakan ruminansia. Daging yang terinfeksi BSE tersebut menyebabkan penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia sehingga menimbulkan resiko tinggi pada rantai pangan manusia. Setelah wabah itu menyebar selanjutnya penggunaan MBM dalam pakan ternak dilarang. Peraturan tersebut menyebabkan ketergantungan yang tinggi pada bahan baku import seperti bungkil kedelai (soybean meal) untuk keberlangsungan suplai daging, susu dan telur.

Upaya kedua yakni produksi protein dari peternakan serangga (insect farming). Walaupun bisa dilakukan dan sejumlah spesies serangga juga sudah disetujui tetapi faktanya saat ini masih sangat sedikit peternakan serangga di sana, sehingga masih dibutuhkan waktu cukup lama untuk menghasilkan volume yang mencukupi sebagai sumber protein pada pakan ternak. Sumber protein dari serangga ini terutama untuk pakan ikan. Upaya ketiga dari tanaman energi yakni dari pohon rapeseed. Bungkil rapeseed (rapeseed meal) atau sejenis kanola adalah sumber protein nabati selanjutnya. Tetapi ketersediaan bungkil rapeseed tersebut tergantung kebijakan biofuel Eropa. Minyak canola adalah bahan baku biodiesel di Eropa. Kebijakan biofuel Eropa tertuang dalam Renewable Energy Directive 2020-2030 dimana kontribusi biofuel dari tumbuh-tumbuhan untuk target penggunaan pada sektor transportasi maksimal hingga 7%. 

 

Upaya keempat dari sisa industri makanan yakni produk-produk reject dan kadaluwarsa. Sisa industri makanan yang dimaksud adalah dari industri-industri makanan dan bahan pangan, seperti industri biskuit, mie instant, coklat batangan, pasta dan sebagainya. Tetapi yang dimaksud bukan limbah makanan dari restauran, atau katering. EFFPA, the European Former Foodstuff Processing Association mengestimasi bahwa di Uni Eropa sekitar 3,5 juta ton sisa makanan tersebut diolah menjadi pakan ternak setiap tahunnya. Uni Eropa mendorong penggunakan makanan reject dan kadaluwarsa tersebut termasuk menerbitkan panduannya untuk mengurangi limbah makanan untuk menjadi pakan, karena tidak layak dikonsumsi manusia. Sumber protein dari micro algae atau tumbuhan bersel tunggal ini juga sudah pernah mereka bahas, tetapi tidak menjadi prioritas saat ini karena kualitas dan keterbatasan. 

Pentingnya menyadari potensi sekaligus memperbaiki visi untuk optimalisasi kebun energi tersebut. Masalah GMO misalnya, penggunaan daun gamal atau gliricidia bisa sebagai solusinya, untuk lebih detail baca disini. “Kualitas protein” adalah hal penting karena tidak semua protein sama. Beberapa parameter untuk kualitas protein adalah profil asam amino dan ketidakadaan zat anti nutrisi.  Sebagai contoh bungkil kedelai memiliki skor yang tinggi untuk semua parameter kualitas protein termasuk palatability, ketercernaan (digestibility) dan keamanan (safety). Sebuah kasus yang juga bisa sebagai referensi, pada tahun 2007 terjadi penarikan pakan hewan peliharaan karena terkontaminasi melamin dan cyanuric acid (yang tinggi kadar nitrogen dan teridentifikasi sebagai kandungan protein kasar) pada unsur protein yang menyebabkan kegagalan ginjal.  

Penggunaan nitrogen dari bahan kimia diatas juga dilakukan pada produk-produk pertanian juga membuat penarikan produk-produk pertanian dari China yang dilakukan di Afrika Selatan, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan Amerika memerintahkan USDA untuk memeriksa semua produk-produk pertanian dari China. Tahun 2008 dan 2009 China fokus mengeliminasi masalah pemalsuan atau pencampuran tersebut dan efek krisis yang ditimbulkan. Pada tahun 2010 versi revisi tentang peraturan pakan dan aditif pakan dipublikasikan untuk lebih menjamin kualitas dan keamanan (safety). Walaupun China sebagai produsen pakan terbesar di dunia tetapi kebutuhan bahan baku pakan masih mengandalkan import khususnya tepung/bungkil kedelai untuk mendukung kebutuhan pangan berupa daging, susu dan telur untuk sekitar 1,3 milyar penduduknya.

Dari sejumlah upaya Uni Eropa dalam rencana swasembada sumber protein pakan tersebut ternyata sumber protein dari tanaman energi rapeseed ternyata menjadi prioritas Eropa saat ini. Sedangkan dengan kondisi Indonesia yang memiliki tanah luas maka banyak kebun energi yang bisa dibuat bahkan KLHK telah merencanakan 12,7 juta hektar untuk kebun energi sebagai salah satu upaya mendukung program cofiring di PLTU-PLTU di Indonesia lebih detail bisa dibaca disini, sehingga produksi daun sebagai produk samping kebun energi juga akan berlimpah. Produksi daun ini bisa sebagai komoditas export ke Eropa, karena kebutuhannya besar. Produksi pakan ternak di Eropa diperkirakan 160 juta ton per tahun atau 16% dunia dengan jumlah pabrik pakan 5000 unit. Dengan konsumsi protein dalam pakan dikisaran 30% maka kebutuhannya akan mencapai 48 juta ton. Ketika industri pakan dalam negeri belum mampu menyerapnya maka export adalah pilihan terbaik. 

Ruminansia adalah herbivora sehingga pakannya adalah berasal dari tumbuh-tumbuhan, kasus MBM di Eropa bisa menjadi pelajaran mahal bahwa pemberian pakan dari mamalia ternyata malah menimbulkan masalah baru. Apalagi jika kategori makanan tersebut najis, maka binatang ternaknya menjadi binatang jalalah yang dilarang dikonsumsi. Sedangkan kasus pencampuran dengan bahan kimia berbahaya yang terjadi di China dengan  melamin dan cyanuric acid hanya untuk mengelabui kandungan protein sehingga terlihat tinggi juga membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. Islam sangat perhatian dalam masalah makanan atau pangan bahkan dalam Al Qur’an surat ‘Abasa : 24 , Allah memerintahkan manusia untuk memperhaikan makanannya. Makanan yang masuk ke perut kita harus halal dan thoyyib (baik). Makanan yang mengandung zat berbahaya yang dapat meracuni tubuh bukanlah makanan yang thoyyib. Dan salah satu akibat dari makanan haram adalah penghalang terkabulnya doa. 

Export Domba dan Pellet Pakan Ternak ke Aljazair

  Aljazair mencanangkan import domba hingga 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Hal ini karena kebutuhan dalam negeri yang bes...