Showing posts with label ternak ruminansia. Show all posts
Showing posts with label ternak ruminansia. Show all posts

Sunday, January 12, 2025

Tidak Seperti Lebah Madu, Kenapa Perkembangan Kebun Energi Sepi Perhatian dari Industri Peternakan Kambing/Domba dan Sapi ?

Seiring trend dekarbonisasi global, kebun energi semakin berkembang di Indonesia. Pembuatan kebun energi tersebut memiliki tujuan utama untuk produksi bahan bakar biomasa seperti wood chip dan wood pellet. Produksi wood chip karena lebih mudah dan peralatan produksi lebih mudah dan murah biasanya akan dilakukan terlebih dahulu sebelum produksi wood pellet dan untuk lebih detail bisa dibaca disini. Selain pemanfaatan kayu sebagai produk utama dari kebun energi, produk samping yang bisa dihasilkan dari kebun energi yakni pakan ternak dari pemanfaatan daun dan madu dari peternakan lebah madu. Dan dengan pemanfaatan seluruh bagian pohon (whole tree utilization) tersebut maka usaha berbasis kebun energi tersebut tidak hanya semakin menguntungkan, tetapi bisa tetap berkelanjutan (sustainable).

Produksi madu yang bisa dihasilkan dari perkembangan kebun energi juga akan sangat besar yakni berton-ton bahkan ratusan hingga ribuan ton sebanding dengan luas area kebun energi tersebut. Apalagi tanaman yang dibudidayakan adalah kaliandra merah yang dari nektarnya akan dihasilkan salah satu kualitas madu terbaik. Terkait perkembangan kebun energi tersebut bahkan API (Asosiasi Perlebahan Indonesia) merespon optimis perkembangan kebun energi tersebut, karena dalam 5 tahun ke depan ditargetkan produksi madu akan meningkat 300% sehingga import madu yang puluhan ribu ton dari China bisa dikurangi bahkan bisa dicukupi sendiri, lebih detail baca disini. Selain madu, dari peternakan lebah madu juga akan dihasilkan beberapa produk turunan yakni royal jelly, bee pollen, bee wax dan bee venom yang juga memiliki banyak manfaat. Moto “Gertakanlah” yakni Gerakan Tanam Pakan Lebah sangat sejalan dengan perkembangan kebun energi ini.

Tetapi kondisi ini berbeda dengan dunia peternakan khususnya peternakan ruminansia yakni kambing/domba dan sapi. Padahal kebutuhan daging Indonesia juga sangat besar yang sebagian besar masih dicukupi dari import. Berbeda dengan perlebahan yang responsif dengan perkembangan trend global dekarbonisasi yakni lebih spesifik dengan kebuin energi tersebut, dunia atau pelaku industri peternakan tidak ada respon terkait ini, padahal produksi pakan dari kebun energi ini juga akan sangat besar. Bahkan unsur utama dari pakan ternak dari daun kaliandra merah adalah protein dan protein adalah unsur paling mahal dari nutrisi pakan ternak. Selain itu juga dengan peternakan tersebut juga dimungkinkan untuk terjadi integrasi seperti diagram di atas. Integrasi akan memberi manfaat optimal dan produksi menjadi efisien, sehingga memberi keuntungan lebih besar lagi. 

Sunday, January 2, 2022

Produksi Papan Tiruan*, Peternakan Ruminansia dan Industri Pakan Ternak dari Kebun Biomasa

Papan tiruan seperti papan laminasi, papan partikel, papan serat dan papan semen bisa dibuat dari kayu kebun biomasa. Selain kayu tersebut berukuran kecil, juga kualitasnya rendah yang saat ini belum memiliki nilai pemanfaatan yang memadai. Hutan atau kebun tanaman biomasa bisa digunakan untuk bahan baku papn tiruan tersebut. Dengan tanaman rotasi cepat dengan trubusan (short rotation coppice) dan jenis tanaman tumbuh cepat (fast growing species) seperti kaliandra dan gamal / gliricidia sangat potensial sebagai bahan baku papan tiruan tersebut. Produksi papan tiruan ini juga menggunakan jenis bahan baku yang sama dengan wood pellet yakni limbah-limbah kayu atau kayu-kayu seharga kayu limbah. Kayu produksi dari kebun biomasa ini masuk kelompok yang kedua yakni kayu-kayu seharga kayu limbah. Bahkan dilain sisi industri pengolahan kayu besar yang menghasilkan banyak limbah kayu tidak sedikit yang mengolah limbahnya tersebut untuk produksi wood pellet dan papan tiruan tersebut. 

Tetapi akan lebih baik apabila produksi sumber bahan baku untuk papan tiruan tersebut berasal dari hutan atau kebun tanaman biomasa sehingga tidak hanya kayu bahan baku untuk papan tiruan tersebut tetapi juga daun dan bunganya juga dimanfaatkan. Daun tersebut selanjutnya bisa sebagai pakan ternak ruminasia dan bahkan produksi pakan ternak tersebut sebagai industri tersendiri. Sedangkan bunga dari kebun tersebut bisa digunakan untuk peternakan lebah madu. Pada usaha peternakan khususnya ruminansia, pakan merupakan komponen biaya tertinggi  yang diperkirakan mencapai 80% lebih. Hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut yang luasnya mencapai ribuan hektar dan mampu sebagai sumber pakan utama peternakan ruminansia besar. Bahkan apabila terjadi surplus yang besar maka industri pakan ternak juga perlu dibuat berdiri sendiri.

Pakan ternak dalam bentuk hay dan pellet cocok untuk penggunaan jarak jauh karena biaya transportasi akan murah. Pada dasarnya juga seluruh bagian dari pohon tersebut bisa dimanfaatkan sehingga memberikan keuntungan yang optimal. Untuk menjaga keberlanjutan hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut maka juga perlu pengelolaan yang baik sehingga bahkan perfoma produktivitas hutan atau kebun biomasa tersebut bisa terjaga. Seiring dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat maka kebutuhan untuk perumahan maupun sarana kehidupan lain juga meningkat demikian juga pangan. Hutan atau kebun tanaman biomasa tersebut bisa membantu mengatasi kedua masalah tersebut. 

*Papan tiruan yang dimaksud adalah papan laminasi, papan partikel, papan serat dan papan semen. Sedangkan kayu lapis (plywood) tidak termasuk di dalamnya, walaupun plywood termasuk pula jenis papan tiruan. Produksi plywood dari lembaran veener yang berasal dari kayu diameter besar, tidak seperti kebun biomasa ini.   

Thursday, July 22, 2021

Peternakan Doka (Domba dan Kambing) Berbasis Kebun Energi

Kebutuhan pangan khususnya protein hewani terus meningkat seiring pertambahan penduduk. Daging khususnya dari domba kambing adalah sumber protein hewani yang banyak menjadi favorit atau kesukaan masyarakat. Diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 milyar pada 2050 dan khususnya penduduk Indonesia 319 juta jiwa pada 2045. DKI Jakarta atau Jabodetabek adalah daerah paling padat penduduknya di Indonesia sehingga kebutuhan pangan khususnya protein hewani daging domba kambing semakin besar. Saat ini daerah tersebut mendatangkan kebutuhan daging domba dan kambing dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung secara bergantian tergantung ketersediaan suplai masing-masing daerah tersebut. Hal ini karena tidak ada satu daerahpun yang mampu mencukupi sendiri kebutuhan Jabodetabek tersebut. Atau apabila daerah-daerah tersebut selalu bisa menyuplai kebutuhan Jabodetabek secara rutin maka bisnis bisa terus berkesinambungan dan stabil tetapi tentu saja bisa mengatasi kendala-kendala dalam bisnis Doka ini.

Ternyata sejumlah permasalahan melingkupi bisnis Doka ini diantaranya ketersediaan bibit, skill beternak, ketersediaan pakan, rantai pemasaran dan sebagainya. Hal sederhana misalnya ketersediaan bibit. Walaupun peternak pada umumnya juga belum menggunakan bibit unggul, ketersediaan bibit pun menjadi masalah karena banyak betina produktif yang dipotong atau disembelih. Hal ini terutama karena faktor persaingan bisnis, karena harga jantan lebih mahal membuat Doka betina disembelih padahal ini mengganggu keberlanjutan usaha peternakan tersebut. Aspaqin (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia) mencatat telah terjadi penyembelihan betina sebanyak 63% dari anggotanya dari total 331.693 ekor yang disembelih. Tentu saja masih banyak yang tidak terdata karena masih banyak pengusaha aqiqah yang tidak menjadi anggota Aspaqin tersebut. Selain itu juga banyak warung-warung makan masakan kambing seperti warung-warung sate yang masih menyembelih Doka betina produktif. 

Tentu juga akan lebih baik jika Doka yang menjadi bibit adalah Doka pilihan atau unggulan sehingga dihasilkan kuantitas dan kualitas daging lebih baik. Faktor konversi pakan ke daging pada Doka unggulan juga lebih tinggi sehingga lebih menguntungkan. Dan ini terutama menjadi tanggungjawab lembaga-lembaga riset. Domba dorper dan kambing bohr adalah jenis doka unggulan tersebut. Tetapi ada upaya yang lebih mudah dilakukan untuk menjaga keberlangsungan peternakan domba tersebut, yakni dengan mengurangi bahkan melarang pemotongan Doka betina produktif. Dengan cara demikian maka kontinuitas bibit Doka bisa dipertahankan bahkan dikembangkan lebih banyak lagi. Untuk bisa mewujudkan hal ini tentu saja dibutuhkan upaya dari semua pihak. Pemberian insentif atau sangsi bisa saja dilakukan untuk menunjang hal tersebut. 

Masalah skill atau ketrampilan peternak juga menjadi kendala lainnya. Sebagian besar peternak Doka adalah peternak kecil dengan teknik beternak tradisional. Hal tersebut membuatnya sulit apabila digunakan mencukupi permintaan rutin apalagi jumlah besar. Pola peternakan modern harus dilakukan untuk menjadi industri peternakan yang handal sebagai tumpuan mata pencaharian peternak tersebut. Hanya dengan pola tersebut peternakan yang efektif dan efisien bisa dilaksanakan. Dengan persiapan yang baik didukung dengan skill tersebut, pelaku industri peternakan Doka mampu melakukan peternakan Doka secara intensif sehingga diharapkan mampu menyuplai kebutuhan daging tersebut.

Beternak Doka selain merupakan upaya pemenuhan sumber pangan khususnya protein hewani berupa daging dan susu, juga merupakan bagian menyempurnakan syari'at Islam. Jumlah penduduk yang terus meningkat artinya bayi-bayi muslim yang lahir itu orang tuanya diperintahkan untuk melakukan aqiqah. Selain itu juga perayaan Idul Adha yang dilakukan setiap tahun juga membutuhkan Doka sebagai hewan qurban. Domba bahkan sebagai hewan qurban memiliki banyak keutamaan dibandingkan hewan ternak lainnya walaupun sama-sama halal seperti kambing, unta dan sapi. Dalam ayat (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Indikasi lain tentang keutamaan domba juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah. 

Pengembangan kebun energi yang semakin digaungkan akhir-akhir ini dengan produk utama berupa kayu untuk produksi bahan bakar biomasa baik wood chip maupun wood pellet, juga akan menghasilkan limbah atau produk samping berupa daun. Daun dari kaliandra atau gamal (gliricidia) tersebut kaya akan kandungan protein sehingga sangat bagus sebagai sumber pakan ternak Doka tersebut. Jumlah daun yang dihasilkan juga akan sangat banyak sehingga potensi peternakan Doka yang dikembangkan juga akan sangat besar. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan Doka bibit, import berapapun juga diperbolehkan pada peraturan saat ini. Hal ini juga bisa sangat mirip pada usaha penggemukan (feedlot) sapi potong kapasitas besar,M dimana sapi bakalan atau sapi bibit diimport dari Australia, untuk lebih detail baca disini. Fokus penggemukan Doka juga bisa sangat efektif dan efisien atau memiliki keunggulan seperti pada sapi potong bila dilakukan di Indonesia. Limbah daun dari kebun energi bisa jadi pakan yang potensial. 

Selain untuk konsumsi dalam negeri, Doka juga bisa sebagai komoditas export. Untuk keperluan dalam negeri seperti kurban dan aqiqah, pada umumnya menggunakan Doka kecil, yakni dengan berat berkisar 25-35 kg. Sedangkan untuk pasar export kebutuhan Doka biasanya mensyaratkan bobot 35 kg ke atas. Pasar export bisa menjadi segmen tersendiri dan juga pada dasarnya merupakan pilihan peternak itu sendiri. Peternak Doka dari Indonesia juga telah melakukan export Doka ke sejumlah negara antara lain Malaysia, Uni Emirat Arab dan Timor Leste seperti tabel di atas. 

Saturday, January 30, 2021

Cofiring Biomasa, Kebun Energi dan Peternakan Ruminansia

Cofiring biomasa dengan batubara pada PLTU-PLTU di Indonesia sebagai program PLN untuk mendukung pemakaian energi terbarukan khususnya biomasa bisa jadi sebagai momentum terdekat kebun energi. Program tersebut juga sebagai upaya untuk mencapai target penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, sedangkan sampai saat ini masih kurang dari 5%. Pada tahun 2020 program cofiring tersebut sudah diinisiasi dengan target 37 PLTU tetapi pada prakteknya yang terlaksana 20 PLTU. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan cofiring tersebut yang tersebar di 52 lokasi dengan kapasitas total 18.154 megawatt (MW) dengan target selesai tahun 2024. Rinciannya terdiri dari 13 lokasi PLTU di Sumatera, 16 lokasi PLTU di Jawa, 10 lokasi di Kalimantan, 4 lokasi di Bali, NTB dan NTT, 6 lokasi di Sulawesi, dan 3 lokasi di Maluku dan Papua. Sedangkan rasio cofiring tersebut berkisar 1-5% biomasa dengan estimasi kebutuhan biomasa 9-12 juta ton per tahun. 

Dan baru saja juga telah terjadi kesepakatan antara PLN dengan Perhutani dan PTPN III untuk menyuplai biomasa untuk program cofiring tersebut, untuk info lebih lanjut bisa dibaca disini. Dalam hal ini, PLN sebagai pemilik PLTU, sedangkan Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan tanaman industri baik di Jawa (Perhutani) maupun di luar Jawa (Inhutani) yang bisa dikembangkan sebagai hutan tanaman energi atau kebun energi. Demikian juga dengan PTPN III dengan lahannya yang juga bisa digunakan untuk kebun energi tersebut. Gamal (gliricidia sepium) dan kaliandra merah (calliandra calotyrsus) adalah dua spesies tanaman rotasi cepat yang kemungkinan besar untuk kebun energi tersebut. Apabila setiap 4.000 hektar menghasilkan produksi 10.000 ton/bulan wood pellet atau 120.000 ton/tahun maka paling tidak dibutuhkan 400.000 hektar untuk memenuhi target cofiring 1-5% tersebut yang ekuivalen 9-12 juta ton per tahun. Potensi daun gamal atau kaliandra juga akan sangat melimpah. Dan semestinya juga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor industri ruminansia. Apalagi jika ke depannya PLN menambah porsi cofiringnya misalnya 6-10% atau bahkan 20% saja tentu kebun energi yang dibutuhkan akan sangat luas, demikian juga akan melimpah ruah potensi daun gamal atau kaliandra tersebut. 

Pandemi covid-19 masih terus berlangsung dengan pertambahan kasus semakin besar di Indonesia dan belum terlihat kurva melandai bahkan kasus positif telah menembus lebih dari 1 juta jiwa. Hal tersebut diprediksi bahwa pandemi ini akan menjadi masalah jangka panjang dengan indikasi antara lain ditemukan varian-varian (strain) baru sehingga vaksin yang sudah disiapkan menjadi tidak atau kurang mujarab dan munculnya gelombang kedua wabah covid bahkan setelah vaksinasi dilakukan sehingga memaksa kota bahkan negara melakukan lockdown. Betapa Maha Kuasanya Allah SWT dengan segala kehendak-Nya, dimana seharusnya semakin mempertebal iman dan takwa kita. Kondisi pandemi covid-19 yang masih berkepanjangan membuat orang-orang takut dan menghindari kerumunan atau berkumpul termasuk aktivitas profesional seperti kantor dan industri. Kondisi ini juga akan mendorong tumbuhnya aktivitas usaha yang efisien dengan penggunaan berbagai teknologi yang ada. 

Pengembangan-pengembangan industri berbasis teknologi dan efisien seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk bertahan bahkan menjaga keberlangsungan (sustainibility) untuk tetap bisa mempertahankan pasokan barang yang dibutuhkan masyarakat. Konsentrasi-konsentrasi penduduk di suatu daerah juga harus semakin dikurangi dan didistribusikan dengan baik. Kota-kota besar menjadi semakin berkurang daya tariknya. Unit-unit produksi yang efisien harus ditingkatkan jumlahnya demikian juga distribusinya juga harus semakin merata. Daerah-daerah pinggiran, pedesaan bahkan pegunungan menjadi semakin dinikmati. Semakin dekat dengan alam atau usaha-usaha berbasis pemanfaatan sumber daya alam semakin dinikmati seiring distribusi lokasi usaha yang semakin merata atau tidak menumpuk di kota-kota besar. Warga dunia juga semakin banyak yang menginginkan sistem yang lebih adil dalam mengatur kehidupannya

Usaha peternakan ruminansia (domba, kambing dan sapi) adalah usaha potensial apalagi didukung pemanfaatan limbah daun dari kebun-kebun energi tersebut. Lokasi untuk kebun energi tersebut pada umumnya di daerah hutan yang cukup jauh dari perkotaan. Daun gamal atau kaliandra tersebut bisa diolah menjadi berbagai bentuknya (konsentrat, hay, pellet, briquette dsb) sesuai permintaan atau penggunaannya. Dengan pemanfaatan teknologi yang baik maka limbah daun tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal sehingga mendukung kemajuan usaha peternakan ruminansia. Peternakan tersebut juga akan sangat baik jika dibuat di dekat kebun energi sebagai salah satu sumber pakannya. Untuk mendapatkan komposisi pakan komplit (complete feed) pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan.

Saturday, January 16, 2021

Produksi Wafer Hay Dari Daun Gamal

Selain pasar, pakan adalah faktor penting lainnya dalam usaha peternakan. Mengupayakan dan memastikan ketersediaan pakan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas merupakan tantangan tersendiri khususnya peternakan ruminansia berorientasi industri. Produktivitas hasil ternak sangat ditentukan oleh faktor pakan tersebut.Peranan penting bagi ternak yakni untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. 

Selain itu produktivitas ternak itu sendiri banyak dipengaruhi faktor lingkungan yakni sampai 70% sedangkan sekitar 30% adalah faktor genetik. Dan diantara faktor lingkungan tersebut aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni sekitar 60%, misalnya beternak domba unggulan seperti jenis dorper tetapi jika kualitas dan kuantitas pakan tidak terpenuhi maka hasilnya juga tidak maksimal. Sedangkan ditinjau dari sisi usaha peternakan, biaya pakan juga merupakan biaya produksi terbesar, yakni 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Sehingga sangat wajar jika perhatian atau fokus pada masalah pakan sangat penting.

Melihat kondisi di atas maka teknologi pengolahan untuk pakan ternak menjadi penting. Tujuan pengolahan pakan ternak antara lain untuk menjaga nutrisi dan memperlama masa simpan, atau untuk lebih lengkap bisa membaca pada bagian pojok atas blog ini pada bagian background (/view web version atau tampilan web pada handphone). Pengeringan daun gamal atau kaliandra sampai kadar air sekitar 15% adalah salah satu upaya tersebut atau biasa disebut hay. Dengan dibuat hay dua tujuan pengolahan pakan ternak di atas yakni menjaga nutrisi dan memperlama masa simpan bisa tercapai, tetapi dengan volume bahan pakan kering atau hay yang besar (bulky) akan tidak efisien dalam pemakaian ruangan untuk penyimpanannya ataupun jika hendak digunakan di tempat lain yang membutuhkan transportasi yang cukup jauh. Hal itulah perlunya untuk mengaplikasikan teknologi pemadatan biomasa (biomass densification) untuk mengatasi problem tersebut. Pemadatan hay menjadi balok atau wafer adalah upaya praktis dan mudah. Peralatan dan proses pemadatan menjadi wafer juga mudah dan murah, dibanding teknologi pemadatan biomasa lainnya seperti pellet atau briket.


Peternakan domba atau sapi sebaiknya dibangun di dekat kebun energi tersebut sehingga bisa dengan mudah mendapatkan sumber pakan daun gamal tersebut. Daun-daun tersebut lalu dibuat hay dan dipadatkan menjadi balok / wafer tersebut. Dan karena daun gamal adalah sumber protein sehingga untuk menjadi complete feed atau pakan lengkap dibutuhkan sumber pakan yang lain. Hal tersebut bisa dipenuhi oleh masyarakat sekitar dengan pola pemberdayaan masyarakat atau untuk lebih detail bisa baca disini. Sumber pakan dari masyarakat tersebut misalnya sumber serat dari rumput-rumputan ataupun limbah-limbah pertanian juga bisa dibuat hay, sehingga peternakan tersebut tersedia hay sebagai pakan lengkap (complete feed) yang aman untuk operasional usaha peternakan tersebut. Dan karena estimasi produksi daun dari kebun energi sangat berlimpah maka sebagian hay yang diproduksi tersebut juga bisa dijual ke tempat lain.

Teknologi pada dasarnya alat untuk mencapai suatu tujuan. Ditinjau dari sudut pandang teknologi yakni pemadatan biomasa (biomass densification), selain bahan baku daun gamal bisa dibuat hay, daun tersebut juga bisa dibuat menjadi pellet atau briket. Perbedaan utama pellet dan briket hanya masalah ukuran saja, briket lebih besar daripada pellet. Bentuk briket kepingan (puck) seperti photo di atas adalah bentuk terbaik untuk aplikasi pakan ternak. Ditinjau dari teknis pellet dan briket juga lebih padat atau memiliki densitas lebih tinggi daripada hay. Masalah debu pada hay juga bisa dikurangi dengan dibuat pellet atau briket tersebut. Tetapi memang pembuatan pellet atau briket membutuhkan biaya investasi lebih tinggi dan proses produksi lebih kompleks.

Wednesday, January 13, 2021

Produksi Complete Feed Dengan Integrasi Kebun Energi Dan Pemberdayaan Masyarakat

Pakan dan pasar adalah dua hal terpenting dalam dunia peternakan. Peternak yang bisa mendapatkan pakan yang aman, bernutrisi, terjangkau, cukup dan berkelanjutan akan menghasilkan kualitas dan kuantitas terbaik. Kategori aman salah satunya bukan berasal dari transgenik atau GMO untuk lebih detail bisa dibaca disini. Pakan-pakan tersebut sangat mungkin dibuat sendiri dengan memanfaatkan potensi sekitar. Keahlian untuk menyediakan pakan tersebut tentu sangat penting untuk peternakan profesional. Demikian juga akses pasar yang luas memungkinkan usaha peternakan tersebut semakin menguntungkan. Era intenet saat ini juga sangat menunjang untuk mendapatkan akses pasar yang luas tersebut. Media sosial seperti group-group whatsapp, telegram, twitter, youtube dan sebagainya bisa dimanfaatkan untuk hal tersebut.

Untuk mendapatkan nutrisi lengkap sehingga menjadi pakan lengkap (complete feed), tentu tidak bisa didapat dari satu sumber saja. Malnutrisi yang berakibat menurunnya kualitas dan produksi ternak pasti akan terjadi, jika nutrisi pakan tidak memadai. Pembuatan kebun energi atau kebun biomasa dengan tanaman leguminoceae seperti gamal/gliricidia dan kaliandra merah sangat mungkin diintegrasikan dengan usaha peternakan tersebut. Peternakan domba, kambing dan sapi adalah pilihan terbaik usaha peternakan tersebut. Hal tersebut juga diharapkan nantinya kemajuan bidang energi terbarukan dari kebun energi atau biomaterial akan sejalan dengan usaha peternakan tersebut. Sementara daun gamal atau kaliandra memiliki kandungan utama berupa protein yang bisa mencapai 25%, maka sumber nutrisi lainnya seperti sumber serat, vitamin dan mineral bisa didapatkan dari lingkungan sekitar kebun tersebut. Masyarakat di sekitar area perkebunan bisa diberdayakan untuk menanam tanaman pelengkap nutrisi tersebut ataupun memanfaatkan berbagai limbah pertanian mereka seperti jerami, rerumputan dan sebagainya.

 Daun gamal atau kaliandra tersebut sebagai sumber pakan penggunaannya diperkirakan maksimal 30% dari pakan lengkap (complete feed) tersebut. Dengan produktivitas daun per hektar sekitar 30 ton/tahun basah atau 18 ton/tahun kering. Berarti untuk setiap 1000 hektar kebun gamal akan menghasilkan 18.000 ton/tahun daun kering. Jika kambing/domba memakan 3 kg/hari (30% dari total konsumsi complete feednya) berarti untuk 1 tahun 1 ekor domba/kambing menghabiskan sekitar 1 ton daun kering tersebut atau dengan volume 18.000 ton/tahun berarti bisa mencukupi 18.000 ekor domba/kambing selama 1 tahun.

Inovasi pakan ternak tersebut juga harus terus dilakukan sehingga konversi pakan ke produk daging, susu atau peranakan tinggi, bahkan formulasi pakan tersebut seharusnya bisa disesuaikan dengan tingkat usia hewan ternak. Riset-riset untuk mendapatkan formulasi atau resep-resep pakan variatif terutama yang adaptif dengan potensi lokal sangat penting dilakukan. Termasuk diantaranya adalah mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber pakan sebanyak mungkin. Semakin banyak sumber pakan teridentifikasi dan formulasi pakannya, maka diharapkan usaha peternakan akan berkembang pesat. Studi kasus pada daun gamal dan kaliandra memiliki beberapa zat anti nutrisi maka zat-zat tersebut juga harus bisa dikurangi bahkan dieliminasi sama sekali sehingga nutrisi pakan terserap secara efektif. Zat anti nutrisi pada gamal/gliricidia adalah dicoumerol, HCN (asam sianida) dan nitrat sedangkan kaliandra merah zat anti nutrisinya tanin. 

Produksi Pellet Daun Gliricidia Sebagai Solusi Pakan Ternak Non-GMO dan Sustainable

Pangan merupakan prioritas utama dibandingkan pakan dan energi. Hal tersebut memberi konsekuensi ketercukupan pangan bagi manusia dahulu sebelum pakan ternak maupun energi. Ketika pakan dan energi lebih diprioritaskan daripada pangan, maka akan terjadi berbagai gejolak sosial. Huru-hara tortila di Mexico beberapa waktu lalu adalah contoh bagaimana energi lebih diprioritaskan daripada pangan, yakni jagung lebih diutamakan untuk bioethanol. Demikian juga halnya jika pakan lebih diprioritaskan sehingga supplai pangan akan terganggu. Kedelai sebagai contoh merupakan sumber pangan tetapi juga sumber pakan. Produksi kedelai terbesar dari Amerika Serikat dan Brazil. Di sejumlah negara kedelai merupakan sumber pangan dan pakan karena minyaknya diekstrak menjadi minyak kedelai dan bungkilnya menjadi pakan ternak, tetapi di Indonesia kedelai terutama untuk pangan. Minyak nabati di Indonesia terutama dari minyak sawit dan minyak kelapa. Bahkan dalam sejarahnya minyak kelapa Indonesia dihancurkan oleh asosiasi minyak kedelai Amerika (American Soybean Association (ASA)) dengan isu negatifnya yang mempropagandakan minyak kelapa sebagai minyak jahat pada pasar minyak nabati internasional, sehingga sampai saat ini minyak kelapa belum kembali bangkit.

 Produksi pakan ternak Indonesia juga sebagian besar mengandalkan sumber protein dari bungkil kedelai dan sawit. Bahkan karena kebutuhannya yang besar, maka juga import bungkil kedelai (soybean meal / SBM). Semakin berkembang industri peternakan maka semakin besar juga kebutuhan pakannya. Pakan dalam industri peternakan salah satu komponen kunci untuk kesuksesannya. Ketercukupan pakan dengan nutrisi yang baik, aman dan terjangkau sangat penting bagi usaha peternakan. Sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia yang berkisar 40 juta ton/tahun maka produksi bungkil sawit diperkirakan lebih dari 6,5 juta ton/tahun, apabila semua bungkil sawit tersebut dioptimalkan untuk industri pakan dalam negeri tentu sangat baik. Demikian juga bungkil kelapa. 

Daun gliricidia/gamal
 Daun gliricidia juga merupakan sumber protein untuk pakan ternak khususnya ruminansia dan perikanan. Dengan kadar protein sekitar 20% daun gliricidia sangat potensial sebagai sumber protein tersebut. Apalagi program dari para asosiasi industri pakan sedang mereduksi atau bahkan menghilangkan ketergantungan dengan bahan baku transgenik (GMO) seperti kedelai dan faktor lingkungan berupa keberlanjutannya. Dengan program pembuatan kebun energi atau kebun biomasa yang juga semakin masif untuk berbagai industri berbasis material terbarukan dan berkelanjutan, maka produksi daun sebagai limbah samping juga semakin banyak. Potensi limbah daun yang diperkirakan mencapai hingga ratusan ribu ton bahkan jutaan ton akan sangat potensial untuk pakan ternak tersebut khususnya mengurangi pakan yang berasal dari bahan transgenik (GMO). Usaha-usaha yang produktif berwawasan lingkungan seperti ini untuk memenuhi kebutuhan manusia akan semakin mendorong bioekonomi. Daging halal adalah sumber protein yang sangat penting bagi pangan manusia, sehingga produksi pakan ternak merupakan bagian tak terpisahkan dari mata rantai tersebut.

Kecepatan pertumbuhan industri pakan juga berbeda-beda di setiap negara. Hal tersebut tergantung sejumlah faktor misalnya kebijakan pangan suatu negara, daya beli masyarakat, ketersediaan bahan baku dan sebagainya. Sebagai contoh : untuk negara di Eropa, sekitar 20 tahun lalu kapasitas rata-rata pabrik pakan di Italia adalah 11.000 ton/tahun, sedangkan industri pakan ternak di Belanda telah memiliki kapasitas rata-rata 45.000 ton/tahun atau lebih dari 4 kali lipat industri pakan di Italia dan juga telah melampaui kapasitas rata-rata Eropa hari ini. Saat ini, rata-rata pabrik pakan di Italia memiliki kapasitas rata-rata 29.000 ton/tahun (masih sekitar 3 kali dari 20 tahun lalu), tetapi dalam waktu yang sama pabrik pakan di Belanda telah memiliki kapasitas rata-rata 140.000 ton/tahun. Mayoritas produksi pakan ternak di Belanda adalah untuk pakan babi, sehingga tidak akan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Indonesia dengan mayoritas Islam maka produksi pakan ternak yang dikembangkan sebagai prioritas utama adalah untuk industri halal. Berdasarkan potensi bahan baku, potensi lahan untuk produksi pakan ternak dan sebagainya Indonesia seharusnya mengakselerasi industri halalnya salah satunya dengan menggenjot industri pakan ternaknya. Belanda dengan jumlah penduduk yang kecil dan luas lahan yang terbatas bahkan sangat kuat dalam mengembangkan riset-risetnya untuk mendukung industri pakan tersebut. Kita juga jangan mau kalah.

Pabrik Pellet Pakan Daun Gliricidia untuk Optimalisasi Kebun Biomasa / Kebun Energi dan Peningkatan Produksi Daging Nasional

Ketersediaan pakan adalah hal sangat penting untuk mendukung dan keberlanjutan usaha peternakan. Pakan yang mudah, melimpah dan murah menjadi hal penting untuk diupayakan. Pakan juga merupakan komponen biaya tertinggi pada usaha peternakan, seperti halnya pupuk pada sejumlah perkebunan dan pertanian. Upaya mendapatkan pasokan pakan berkualitas dan kontinyu merupakan syarat mutlak suksesnya usaha peternakan. Pasokan daging dalam negeri yang masih banyak dari import tentu kurang menggembirakan. Untuk itulah program produksi daging nasional hingga swasembada daging harus terus digenjot. Langkanya ketersediaan daging sehingga memacu harga lebih tinggi membuat peluang daging haram yang murah mudah masuk di pasaran, apalagi terjadi lemahnya pengawasan dan sanksi ringan bagi pemasok daging haram tersebut. Sebagai negara dengan mayoritas Islam terbesar dan daging adalah unsur pangan penting berupa protein, maka pengembangan usaha peternakan juga harus sinkron dengan kondisi tersebut. Peternakan yang dibuat dan menjadi prioritas utama adalah peternakan yang mendukung industri halal.  

 Daun gliricidia yang merupakan limbah kebun energi atau kebun biomasa adalah sumber pakan potensial yang bernutrisi tinggi. Proyeksi perkembangan kebun energi atau kebun biomasa yang semakin meningkat seharusnya juga sejalan dengan pemanfaatan limbah daun tersebut untuk pakan ternak. Kandungan daun gliricidia yang kaya protein menjadi sumber nutrisi penting bagi ternak khususnya ruminansia seperti domba, kambing dan sapi sehingga perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Dengan pemanfaatan daun tersebut maka seluruh bagian pohon dari kebun energi atau kebun biomasa tersebut bisa dioptimalkan. Pembuatan pellet dari daun tersebut (feed pellet) juga akan memudahkan penyimpanan, menghemat transportasi, tahan lama dan memudahkan penggunaan sebagai pakan ternak.  

 Umat Islam yang setiap tahun melaksanakan ibadah Qurban akan membutuhkan pasokan hewan ternak berupa domba, kambing dan sapi dalam jumlah besar. Selain itu juga pada saat Ramadhan dan Idul Fitri juga terjadi lonjakan permintaan daging tersebut, bahkan sering dijumpai pada saat tersebut daging haram seperti daging babi dan anjing dioplos dengan daging-daging diatas. Dan ketika ada kelahiran anak keluarga muslim juga disunahkan melakukan aqiqah dengan menyembelih domba atau kambing sebanyak 1 atau 2 ekor. Selain itu juga pada dasarnya suplai daging untuk kebutuhan sehari-hari juga masih minus. Hal-hal tersebut seharusnya menjadi motivasi pengembangan usaha peternakan.

Produksi Pakan Ternak Dunia Sekitar 1 milyar ton/tahun dan Potensi Pellet Pakan Daun Gliricidia

Produksi pakan ternak dunia saat ini diperkirakan mencapai 1 milyar ton per tahun. Sebagai mata rantai pemenuhan kebutuhan pangan manusia khususnya daging, maka produksi pakan ternak sangat penting dan strategis. Negara-negara besar produsen pakan ternak dunia yakni China dengan porsi mencapai 19,6% disusul sejumlah negara yakni Amerika dengan 17,4%, Brazil 6,8% lalu negara-negara seperti Mexico, Spanyol, India, Russia, Jepang dan Jerman juga merupakan produsen-produsen besar pakan ternak. sisanya oleh negara-negara seluruh dunia. Atau dengan gabungan China, Amerika Serikat, Eropa dan Brazil mengambil porsi lebih dari 60% produksi pakan ternak dunia dengan hampir separuh produksi pakan adalah pakan unggas. Diperkirakan ada lebih dari 8.550 pabrik pakan di China dengan produksi 179 juta ton, 6.012 pabrik pakan di Amerika dengan produksi 173 juta ton, 1.556 pabrik pakan di Brazil dengan produksi 68 juta ton. Dengan perkiraan populasi manusia pada tahun 2050 mencapai 9,6 milyar maka diperkirakan kebutuhan pakan menjadi sangat besar. 

Daging adalah sumber protein penting bagi manusia. Tetapi bagi muslim mengkonsumsi daging tidak hanya tergantung pada kadar protein daging tersebut, tetapi jenis hewan ternak, penyembelihan, dan pengolahannya hingga siap dikonsumsi harus sesuai syariat Islam. Binatang ternak yang diharamkan tidak boleh diternakkan apalagi dikonsumsi karena hukumnya haram bagi muslim. Berdasarkan produksi pakan ternak suatu negara juga bisa diketahui jenis binatang ternak dan daging apa yang mereka konsumsi. Sebagai contoh Belanda dengan sekitar 75 pabrik pakan produksi pakan ternak mencapai 12,2 juta ton per tahun, distribusinya 5 juta ton pakan babi, 3,7 juta ton sapi potong dan sapi perah, 3,1 juta ton unggas dan 0,4 juta ton ternak lainnya. Sedangkan Turki tercatat produksi pakan ternak mencapai 10,5 juta ton dengan komposisi 4,2 juta ton pakan sapi perah dan sapi potong, 4,6 juta ton unggas, dan ternak lainnya 1,5 juta ton. Sedangkan secara global komposisinya sebagai berikut produksi pakan unggas diperingkat pertama dengan porsi 45% disusul urutan kedua pakan babi 11%, ketiga ruminansia 10% dan sisanya lain-lain seperti pakan ikan, binatang peliharaan dan kuda. Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam juga sudah  seharusnya memprioritaskan untuk mengembangkan industry pakan ternak  berbasis industri halal sehingga sehingga sejalan dengan syariat Islam. Masalah kehalalan adalah masalah penting dan mendasar bagi muslim untuk urusan pangan. 

 Sumber pakan khususnya ketersediaannya adalah hal vital untuk produksi pakan ternak. Sejumlah negara bahkan harus mengimport berbagai bahan baku untuk pakan ternak tersebut. Bahkan di Eropa dan Amerika sisa makanan juga digunakan untuk sumber bahan baku pakan ternak yang jumlahnya diperkirakan mencapai 60% di Eropa dan 50% di Amerika Serikat. Walaupun produksi pakan ternak dunia mencapai sekitar 1 milyar ton setiap tahun tetapi pada dasarnya produsen pakan besar dunia yang mendominasi produksi tidak banyak. Saat ini diperkirakan ada sekitar 31 ribu pabrik pakan seluruh dunia, dengan distribusi seribu di Afrika, 13 ribu di Asia, 5 ribu di Eropa, 3 ribu di Amerika latin, 6 ribu di Amerika utara dan 288 di Timur Tengah. Charoen Pokphand (CP) perusahaan yang berbasis di Thailand adalah termasuk 10 besar pabrik pakan dunia dengan produksi sekitar 27 juta ton/tahun. Selanjutnya perusahaan berbasis di China New Hope dengan produksi 20 juta ton/tahun, selanjutnya perusahaan Amerika Cargill menempati urutan ketiga dengan 19,2 juta ton, disusul perusahaan Amerika lagi yakni Purina Animal Nutrition dengan 12 juta ton. Perusahaan-perusahaan besar lainnya, BRF (Brazil) 11 juta ton/tahun, Tyson Foods (USA) 10,3 juta ton/tahun, COFCO (China) 8,3 juta ton/tahun, Ja Zen-Noh (Japan) 7,5 juta ton/tahun, Shaungbaotai Group (China) 6,6 juta ton/tahun, dan Wen’s Food group (China) 6,5 juta ton/tahun.

Era bioeconomy yang semakin dekat dan terlihat semakin mendorong penggunaan material terbarukan untuk berbagai aktivitas manusia seperti energi, kemasan, pakaian dan sebagainya. Tuntutan untuk keberlanjutan (sustainibility) menjadi kewajiban untuk berbagai industri pada era ini, termasuk industri pakan ternak. Sejumlah lokasi di Indonesia telah membuat dan mencanangkan kebun energi untuk menyongsong dan sejalan dengan era bioeconomy tersebut. Kebun energi atau kebun biomasa dengan fokus utama pemanfaatan kayu, tetapi belum memanfaatkan potensi daun, sebagai produk samping kebun tersebut. Gliricidia adalah species tanaman yang banyak digunakan karena merupakan tanaman rotasi cepat dan trubusan sehingga selain waktu panen cepat juga tidak perlu menanam kembali (replanting) sampai waktu tertentu. Daun gliricidia memiliki nutrisi tinggi, tidak kalah kandungan proteinnya dengan bungkil sawit, bungkil kacang hijau dan sebagainya, sehingga potensial untuk produksi pakan ternak, khususnya pellet pakan. Sejumlah penelitian menyebutkan penggunaan daun gliricidia sebagai pakan ternak adalah untuk ruminansia atau ikan, tetapi tidak sesuai untuk jenis unggas.

 Ketersediaan pakan aman, berkualitas dan harga terjangkau akan mendorong usaha peternakan yang intensif. Saat ini masih banyak kita temui sejumlah hewan ternak yang diberi pakan berupa sampah kota di lokasi-lokasi pembuangan sampah yang tentu saja hasil daging yang dihasilkan tidak layak untuk konsumsi manusia. Pabrik pakan tersebut juga secara tidak langsung juga mendorong peningkatan kualitas pangan dari daging, dan susu yang dihasilkan dari usaha peternakan. Puluhan ribu bahkan ratusan ribu hektar kebun gliricidia yang dibuat akan menghasilkan limbah daun berlimpah yang bisa digunakan untuk bahan baku pellet pakan tersebut. Tipikal kapasitas pabrik pakan juga sebanding dengan kapasitas peternakan atau konsumennya dan juga ketersediaan bahan baku, sebagai contoh di Turki sekitar 60% pabrik pakan dengan kapasitas kurang dari 10 ton/jam, sekitar 25% kapasitas 11-20 ton/jam dan sisanya dengan kapasitas lebih dari 20 ton/jam. Pada akhirnya diharapkan dengan majunya peternakan maka semakin mudah dan terjangkau mendapatkan daging halal, meningkat kualitas pangan dan bisa dikurangi bahkan dihilangkan peredaran daging haram di pasaran. 



Integrasi Peternakan Dengan Kebun Biomasa atau Kebun Energi

Lama dan mahalnya biaya sosial untuk produksi kayu-kayu keras seperti kayu jati yang membutuhkan waktu minimal 15 tahun membuat Perhutani menggantinya dengan tanaman rotasi cepat seperti gliricidia. Sedangkan bagi perusahaan swasta alasan utama menanam tanaman rotasi cepat tersebut terutama adalah alasan keuntungan. Komoditas yang memberikan keuntungan cepat, dengan resiko minimal.  Waktu panen kayu yang pendek yang hanya berkisar 2-3 tahun dan bisa trubus (coppice) berulang-ulang tanpa perlu menanam ulang (replanting) adalah keunggulan tanaman tersebut. Penanaman dan perawatan pohon tersebut juga sangat mudah. Harga kayu yang hanya seharga kayu limbah atau kayu bakar juga meringankan biaya sosial yakni pengamanan dari pencurian kayu. Penggunaan kayu-kayu tersebut sebagai sumber biomasa atau bahan baku pada industri pengolahan kayu seperti pembuatan particle board maupun sebagai sumber energi misalnya dengan diolah menjadi wood pellet dan wood briquette. Ratusan ribu hektar telah direncanakan untuk penanaman tersebut dan membutuhkan waktu hingga beberapa tahun ke depan. 

Selain produksi kayu  utama, sebenarnya ada dua produk dari pohon tersebut yang bisa dimanfaatkan yakni bunga dan daun (whole tree utilization). Bunga untuk peternakan lebah madu atau produksi madu dan daun untuk pakan ternak atau produksi daging. Peternakan domba, kambing dan sapi bisa dikembangkan berdekatan dengan kebun tersebut sehingga dekat dengan sumber pakan. Walaupun kandungan protein dalam daun gliricidia berkisar 18-24% atau cukup tinggi untuk pakan ternak pada umumnya, sehingga sangat bagus untuk pakan ternak, karena pakan konsentrat biasanya hanya mengandung protein sekitar 15% saja, tetapi untuk mendapatkan pakan yang berimbang masih dibutuhkan sejumlah nutrisi lainnya. Kebutuhan nutrisi pelengkap lainnya bisa didapatkan dari masyarakat sekitar dengan bekerjasama melalui pemberdayaan masyarakat. Nutrisi yang dibutuhkan untuk pakan ternak sehingga menjadi  pakan lengkap (complete feed) tersebut yakni sumber serat, sumber protein, vitamin dan mineral. Daun gliricidia dengan kadar protein 18-24% sebagai sumber protein, sedangkan rumput atau jerami sebagai sumber serat dan ditambah vitamin dan mineral. 

Penggembalaan tunggal (single grazing)  
 
Penggembalaan campur (mixed grazing)

Penggembalaan 
Untuk menghasilkan hasil ternak yang unggul maka penggembalaan ternak adalah solusinya. Dengan penggembalaan, ternak akan lebih sehat dan biaya pakan bisa semakin murah karena rumput bisa langsung didapat. Dengan luasan kebun biomasa atau kebun energi yang mencapai puluhan hingga ratusan ribu hektar, maka mengalokasikan beberapa puluh atau ratus hektar tentu bukan hal sulit. Area tersebut bisa digunakan untuk padang penggembalaan ternak-ternaknya. Rumput-rumput tertentu bisa ditanam sebagai sumber pakan pada padang penggembalaan tersebut. Domba dan sapi bahkan bisa diternak dan digembala pada satu padang gembalaan yang sama. Teknik penggembalaan rotasi adalah teknik penggembalaan yang bisa diterapkan karena lebih efektif dan efisien, dibanding penggembalaan konversional.

Pabrik Pakan 
Dengan komposisi daun gliricidia yang dihasilkan dari setiap pohon mencapai sekitar 30% dan rata-rata perhektar ditanam 10.000 pohon maka jumlah daun yang dihasilkan dari kebun biomasa atau kebun energi tersebut sangat banyak dan berlebih untuk konsumsi di peternakan. Maka hal tersebut juga berpotensi membuat pabrik pakan ternak. Pakan ternak yang diproduksi selanjutnya bisa menyuplai pakan ke sejumlah peternakan di berbagai daerah sehingga usaha peternakan semakin berkembang dan swasembada daging mudah tercapai. Import daging yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton seharusnya bisa dihindari dan dicukupi dari usaha peternakan di dalam negeri.

Masalah utama peternakan yakni pakan dan pasar. Ketika masalah pakan sudah teratasi hal tersebut berarti 50% dari masalah sudah diselesaikan. Sedangkan untuk memulai usaha, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pasar atau pembeli. Jika produk yang dihasilkan dari usaha yang kita lakukan tidak ada pasar atau pembeli maka usaha tersebut akan merugi dan gulung tikar. Potensi kekurangan daging di dalam negeri bisa menjadi potensi pasar yang besar maupun pasar export. Terkait domba dan kambing, memang sejumlah daerah lebih menyukai kambing seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur sedangkan daerah lain lebih menyukai domba seperti Yogyakarta. Hal tersebut seharusnya juga menjadi perhatian terkait target pasarnya.

Export Domba dan Pellet Pakan Ternak ke Aljazair

  Aljazair mencanangkan import domba hingga 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Hal ini karena kebutuhan dalam negeri yang bes...