Monday, November 6, 2023

Reklamasi Bentuk Lain - Kebun Energi untuk Produksi Wood Pellet dan Integrated Farming

 

Reklamasi pasca tambang merupakan kewajiban perusahaan pertambangan / pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) sehingga mereka harus menyiapkan dana untuk hal tersebut. Selain menghutankan kembali pada area tambang di kawasan hutan, reklamasi bentuk lain lebih fleksibel karena banyak macamnya, tetapi tujuannya bisa memberi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Apabila perusahaan tambang tersebut tidak melakukan reklamasi akan mendapat sanksi berat yakni denda sampai 100 miliar rupiah. Pengelolaan usaha atau kegiatan pasca reklamasi juga fleksibel sesuai kesepakatan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan di atas.

Friday, April 7, 2023

Merintis Export Hay dari Limbah Daun Kebun Energi

Tingginya kebutuhan pakan khususnya unsur protein di Eropa, di sisi lain adalah peluang tersendiri. Limbah daun dari kebun energi dengan jumlah berlimpah bisa sebagai komoditas export untuk mengisi peluang tersebut. Daun tersebut bisa diolah menjadi hay lalu dipadatkan (biomass densification) menjadi kotak-kotak besar dan siap diexport. Dengan kondisi iklim tropis maka produksi biomasa khususnya untuk energi terbarukan, pakan dan pangan melalui kebun energi adalah upaya ideal yang solutif. Produk kayu akan menjadi bioenergi khususnya menjadi produk wood pellet, daun menjadi komoditas export pakan ternak, dan madu sebagai makanan bernutrisi tinggi yang multimanfaat. Jutaan hektar lahan potensial untuk pembuatan kebun energi tersebut sehingga memaksimalkan manfaat penggunaan lahan, apalagi dengan kondisi iklim tropis yang mendukung. 


Belajar dari negara bagian Oregon di Amerika Serikat yang sukses sebagai exporter rumput hay sebagai sumber serat pada pakan ternak. Tercatat lebih dari 900.000 ton per tahun export rumput hay tersebut dari Oregon dengan negara tujuan yakni Jepang, Taiwan dan Korea. Bisnis tersebut telah ada lebih dari 30 tahun lalu. Mekanisasi pertanian dan penggunaan teknik pertanian modern telah membantu berkembangnya bisnis tersebut. Sejumlah spesies rumput yang mereka budidayakan antara lain annual ryegrass (Lolium multiflorum), perennial ryegrass (L.perenne), bent grass (Agrostis spp.), fine fescue (Festuca spp), Kentucky blue grass (Poa pratensis), Orchad grass (Dactylis glomerata) dan tall fescue (F.arundinacea). 


Perbedaan hay dan jerami kering (straw) kadang masih sering membingungkan. Hay dibuat dari tangkai, dedaunan, dan pucuk tanaman yang segar. Banyak tanaman dapat digunakan untuk dijadikan hay, sebagai contoh di Iowa, Amerika Serikat alfaalfa dan semanggi (clover) paling umum digunakan. Jika dipotong dan dipak (dipadatkan) hampir semua kandungan nutrisi tidak hilang dan digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan jerami juga terbuat dari tangkai dan daun dari tanaman, tetapi dipotong setelah tanaman tersebut dewasa dengan pucuknya atau buahnya telah dipanen untuk hal lain. Jerami ini hanya memiliki nilai nutrisi yang sangat kecil dan penggunaannya terutama sebagai alas tidur ternak (animal bedding).  Syarat tanaman yang dibuat hay adalah bertekstur halus, dipanen pada awal musim berbunga serta dipanen dari area yang subur.   


Produksi hay dilakukan dengan memotong hijauan (rerumputan atau dedaunan) selanjutnya  melayukan dan mengeringkan hijauan tersebut, selanjutnya untuk memudahkan penyimpanan, transportasi dan penggunaannya, maka hay tersebut perlu dipadatkan. Pakan ternak dalam bentuk kering seperti hay akan membuatnya mampu bertahan hingga nutrisi tetap terjaga. Sejarah pembuatan hay diperkirakan bermula pada akhir abad 19, saat itu alfaalfa diperkenalkan di Iowa dan menjadi tanaman paling populer untuk produksi hay. Alfalfa sendiri berasal dari Asia tengah yang pertama kali digunakan untuk pakan ternak dan selanjutnya alfalfa ini menyebar ke berbagai belahan dunia. Daun legum dari kebun energi juga sangat potensial sebagai pakan ternak dan pengolahan menjadi bentuk hay akan meningkatkan pemanfaatannya termasuk bahkan juga nilai keekonomiannya. Pada industri hay komersial alat-alat mekanis modern digunakan terutama untuk pemadatan dengan membuat balok-balok atau kotak-kotak dengan target produksi tinggi, seperti halnya pada video di link berikut di sini.  

Saturday, December 24, 2022

Memilih Spesies Domba Untuk Peternakan

Secara umum ada dua tipe ideal domba yakni domba tipe pedaging dan domba tipe wol. Tipe domba wol saat ini belum diminati oleh peternak di Indonesia. Hal tersebut mungkin karena produksi daging masih menjadi prioritas utama dan dengan iklim tropis Indonesia kurang sesuai untuk pemakaian wol. Berdasarkan kondisi tersebut maka pemilihan domba pedaging lebih cocok untuk kondisi Indonesia. Apalagi ditambah dengan kebutuhan daging di Indonesia yang belum terpenuhi. Permintaan daging domba untuk aqiqah dan warung/resto sate, masih banyak belum terpenuhi. Ditambah lagi kebutuhan untuk Idul Adha yang dirayakan umat Islam setiap tahunnya yang bisa melonjak dua kali lipat. Kebutuhan eksport juga tidak kalah besar, bahkan mencapai jutaan ekor setiap tahunnya, seperti pada musim haji untuk dam diperkirakan kebutuhannya mencapai 2 juta ekor. 

Domba Southdown
Domba tipe pedaging atau potong memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, serta garis punggung dan pinggang lurus. Selain itu juga memiliki kaki pendek dan seluruh tubuh berurat daging yang padat. Beberapa domba yang termasuk tipe pedaging antara lain Southdown, Hampshire dan Oxford. Domba asli Indonesia belum dapat dikelompokkan ke salah satu tipe ideal dari kedua tipe diatas. Walaupun demikian, domba-domba di Indonesia umumnya mengarah ke tipe potong atau pedaging. Beberapa domba yang dianggap asli Indonesia karena sudah lama dibudidayakan di Indonesia, yakni domba ekor tipis (DET), domba ekor gemuk (DEG), domba Garut, domba Wonosobo (dombos) dan domba Batur.

Domba Dorper
Perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak juga banyak dilakukan melalui persilangan (kawin silang), misalnya domba Suffmer hasil persilangan domba Merino dan domba Suffolk, lalu domba St Croix hasil persilangan domba Afrika Barat dengan domba lokal di kepulauan Virginia di Amerika Serikat, lalu domba Katahdin hasil persilangan 3 jenis domba yakni domba St. Croix dengan domba Suffolk dan domba Shire. Dan domba Dorper yang populer saat ini di Indonesia adalah persilangan domba Black Head Persia dengan domba Dorset Horn.  

Domba dan kambing walaupun mirip sebenarnya (speciesnya) berbeda. Sejumlah daerah di Indonesia memiliki menu favorit dari domba sedangkan daerah lainnya kambing. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah yang memiliki menu favorit daging domba, dan banyak sekali dijumpai warung atau restoran masakan domba tersebut khususnya sate. Uniknya di Yogyakarta walaupun nama warungnya bertuliskan sate kambing tetapi faktanya yang disembelih atau digunakan adalah domba. Sedangkan daerah-daerah yang mengembangkan peterakan sapi Bali, maka domba tidak bisa dipelihara atau dilarang diternakkan karena khawatir terjadinya penyakit Jembrana. Daerah seperti provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur adalah contoh daerah yang melarang peternakan domba karena mengembangkan sapi Bali. 

Peternakan domba besar-besaran telah banyak dilakukan di Eropa dan seharusnya hal tersebut juga bisa dilakukan juga di Indonesia. Integrasi peternakan domba dengan kebun energi adalah cara jitu untuk membuat peternakan domba besar-besaran tersebut. Kayu dari kebun energi akan menjadi produk wood pellet dengan orientasi export. Menurut data Hawkins Wright, dari 2020-’21, permintaan wood pellet untuk industri global tumbuh sebesar 18,4%, dengan produksi hanya tumbuh 8,4%, apalagi saat ini dengan menghilangnya Rusia  yang volumenya mencapai hampir 3 juta ton, lebih detail bisa dibaca disini. Sedangkan daunnya digunakan untuk pakan ternak khususnya peternakan domba tersebut atau bisa juga diolah menjadi produk pakan ternak seperti pellet pakan. Dengan populasi global diprediksi akan mencapai 9 milyar manusia pada 2050, kebutuhan pangan khususnya protein seperti daging juga meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk tersebut. Peternakan domba maupun produksi pakan ternaknya sangat penting sebagai bagian pemenuhan pangan tersebut khususnya protein, untuk lebih detail bisa dibaca disini

Friday, December 16, 2022

Produksi Briket / Pellet Kotoran Sapi Sebagai Bahan Bakar dan Bioekonomi

Penggunaan energi terbarukan semakin meningkat seiring kesadaran global masalah lingkungan dan iklim. Bahan-bahan yang dulu dianggap limbah dan mencemari lingkungan, saat ini dengan konsep zero waste dan circular economy telah banyak diubah menjadi energi alternatif atau energi terbarukan. Industri-industri besar seperti pembangkit listrik, industri semen dan sebagainya telah mulai menggunakan energi terbarukan tersebut dalam rangka program penurunan emisi CO2 atau dekarbonisasi. Program dekarbonisasi ini semakin populer dan diaplikasikan pada berbagai lini kehidupan.

Sebagai contoh riil adalah industri semen di UAE yakni Gulf Cement Co, yang menggunakan energi terbarukan dari kotoran unta. Dari hasil ujicoba operasional didapat bahwa setiap 2 ton kotoran unta bisa menggantikan 1 ton batubara. Penggunaan kotoran hewan sebagai bahan bakar sebenarnya bukan hal yang baru bagi mereka, dari cerita nenek moyang kotoran sapi telah digunakan sebagai pemanas atau bahan bakar, tetapi untuk kotoran unta banyak yang belum terpikirkan. Gulf Cement Co saat ini menggunakan 50 ton/hari kotoran unta sebagai bahan bakar. UAE memiliki populasi unta sekitar 9000 ekor untuk produksi susu, balap dan kontes kecantikan. Setiap unta menghasilkan kotoran 8 kg/hari, lebih banyak atau berlebih daripada yang dibutuhkan petani. Melalui program pemerintah para peternak unta mengumpulkan kotoran-kotoran unta tersebut di tempat-tempat pengumpulan. 

Kotoran sapi juga telah digunakan sebagai sumber energi dari Amerika Serikat, Zimbabwe sampai ke China. Di Indonesia hal tersebut juga seharusnya bisa dilakukan. Dengan setiap ekor sapi menghasilkan kotoran rata-rata 15 kg per hari (hampir 2 kalinya unta), maka hal itu sama seperti kondisi di UAE di atas, volume kotorannya lebih banyak atau berlebih daripada yang dibutuhkan petani. Berlebihnya kotoran tersebut menjadi masalah lingkungan bahkan harus dibuang ke sungai dan sebagainya. Ratusan ton setiap hari kotoran sapi tersebut yang belum termanfaatkan di sejumlah daerah di Indonesia, padahal kotoran tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar terutama diolah menjadi briket atau pellet (terlebih dahulu dikeringkan). Pemadatan kotoran sapi menjadi briket atau pellet tersebut selain bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk yang seragam, padat, memudahkan penyimpanan dan pemakaian, juga menghemat biaya transportasi. Dan untuk memenuhi kebutuhan bahan pabrik semen dibutuhkan seperti briket / pellet kotoran sapi dalam jumlah besar, sehingga dibutuhkan alat produksi kapasitas besar yang bekerja kotinyu. Diperkirakan kebutuhan pellet atau briket tersebut ribuan hingga puluhan ribu ton setiap bulannya. 

Di pabrik semen ada 2 tempat yg membutuhkan energi panas : 1. calciner (tempat terjadi proses kalsinasi), 2. Rotary kiln (jantungnya pabrik semen, tempat pembuatan clinker). Energi terbarukan seperti briket atau pellet kotoran sapi, biasanya akan digunakan pada calciner dengan feeding point tersendiri. Sedangkan pada rotary kiln yang membutuhkan panas lebih tinggi saat ini umumnya pabrik semen masih menggunakan bahan bakar fossil. Penggunaan secara bertahap energi terbarukan akan mengurangi pencemaran lingkungan dan mengakselerasi program global dekarbonisasi. Pabrik semen sendiri bisa dikatakan sebagai industri yang mengolah dan memusnahkan limbah. Hal tersebut karena pabrik semen bisa mengolah limbah seperti slag dan fly ash sebagai bahan additif semen yang diproduksi - lebih detail bisa dibaca disini dan juga memusnahkan limbah yakni seperti penggunaan limbah kotoran sapi sebagai bahan bakar tersebut.     

Wednesday, August 31, 2022

Lini Lengkap Produksi Pellet (Bahan Bakar dan Pakan) Kapasitas Kecil Untuk Riset dan Eksperimen

Alat laboratorium sebagai unit produksi atau seperti pabrik kecil (mini-mill) sangat dibutuhkan baik untuk pembelajaran (riset dan experiment) maupun sebagai tahapan produksi sebelum mencapai tahap komersial pada suatu bisnis. Dengan mengamati dan melakukan ujicoba pada mini-mill tersebut selain akan didapat pemahaman lengkap tentang proses produksi dari A sampai Z, juga bisa melakukan pengamatan secara mendetail dan mendalam setiap tahapan produksi dengan cara mudah dan murah serta memberi gambaran lebih utuh untuk proses produksi secara komersial nantinya. Riset dan eksperimen dari berbagai macam bahan baku, baik satu macam bahan baku (single material) maupun campuran beberapa bahan baku (mixed material) juga mudah dilakukan. Saat ini banyak para peneliti maupun praktisi yang ingin mencoba suatu bahan baku untuk dibuat pellet tetapi kesulitan mencari rekan atau perusahaan yang bisa melakukannya. Setting peralatan dengan fasilitas mini-mill juga jauh lebih mudah, berbeda dengan pabrik besar. Hal inilah mengapa pada umumnya pada pabrik besar tidak mau menerima ujicoba pembuatan pellet dari suatu bahan tertentu, karena yang menjadi fokus mereka adalah target produksi, kecuali jika memiliki fasilitas R & D untuk ujicoba tersebut. 

Sedangkan jika alat laboratorium tersebut hanya berupa alat fungsional saja seperti alat pemotong, alat penghancur dan sebagainya tetapi tidak diintegrasikan menjadi suatu unit produksi (walaupun kapasitas kecil) maka akan sulit untuk membayangkan terlebih lagi merancang industri atau pabrik komersial secara akurat. Jikapun sejumlah alat fungsional di laboratorium tersebut diintegrasikan yang biasanya berasal dari sejumlah produsen dan memiliki kapasitas berbeda-beda maka untuk mengoperasikan mini mill yang dirakit tersebut juga tidak mudah. Hal itulah mengapa menjadi penting untuk mengadakan suatu suatu lini lengkap (complete line) untuk produksi pellet tersebut. Produksi pellet yang dihasilkan juga bisa dua macam, yakni pellet bahan bakar seperti wood pellet dan pellet pakan seperti pellet daun (leaf pellet), tergantung pada bahan baku yang digunakan.

Dan memang pada skala komersial atau pabrik besar spesifikasi pelletiser untuk pellet bahan bakar seperti wood pellet berbeda dengan pelletiser untuk pellet pakan (feed pellet). Pelletiser untuk pellet      bahan bakar seperti pada produksi wood pellet memiliki daya motor listrik lebih besar sekitar 3 kali dari pelletiser untuk produksi pellet pakan, misalnya untuk 1 ton/jam wood pellet butuh 150 KW sedangkan untuk pellet pakan hanya 50 KW. Selain itu kualitas logam yang digunakan untuk produksi pelletiser tersebut biasanya juga berbeda karena tingkat kekerasan bahan bakunya juga berbeda. Pelletiser adalah peralatan utama atau jantung proses pada produksi pellet, baik pellet bahan bakar (wood pellet) maupun pellet pakan (feed pellet).  Berdasarkan pengalaman di lapangan ternyata banyak kasus kegagalan produksi wood pellet komersial akibat kesalahan pada pemilihan pelletiser ini, yakni pelletiser untuk pakan digunakan untuk pelletiser kayu (wood pellet) selain tidak optimal, umur mesin pendek, bahkan juga dalam sejumlah kasus wood pellet tidak terbentuk sehingga target produksi tidak tercapai. Alasan utama mengapa terjadi hal tersebut adalah karena tergiur masalah harga, yakni pelletiser pakan lebih murah dan secara penampilan juga sulit dibedakan (khususnya orang awam).  

Pada produksi pellet kapasitas kecil ini pelletiser yang digunakan satu macam saja, karena tujuan utamanya lebih pada aspek kualitatif, belum pada aspek kuantitatif. Sejumlah tahapan proses pada produksi pellet bahan bakar (wood pellet) juga sangat mirip dengan produksi pellet pakan, sehingga peralatan yang digunakan juga mirip atau bahkan sama. Hal tersebut terutama supaya harga unit produksi tersebut tidak terlalu mahal. Pada produksi pellet komersial, pelletiser jenis ring die lebih banyak dan umum digunakan dibandingkan jenis flat die. Tetapi karena pelletiser jenis ring die lebih mahal walaupun mendekati kondisi riil industri pellet, maka pelletiser flat die juga sudah memadai untuk maksud pada tahap ini.  

Pellet pakan memiliki sejarah lebih lama dibandingkan pellet bahan bakar khususnya wood pellet, yakni pada tahun 1920an ketika Purina Animal Nutrition, salah satu produsen pakan ternak terbesar di dunia saat ini. Dengan pelletisasi tersebut bahan brupa serbuk, kurang disukai ternak (unpalatable), kepadatan yang berbeda-beda menjadi lebih mudah digunakan dan meningkatkan keseragaman. Teknik pelletisasi ini kemudian dengan cepat banyak diminati oleh banyak produsen pakan sehingga pada tahun 1930 ada sejumlah pabrik pakan yang spesialis produksi pellet pakan (feed pellet) tersebut. Produksi pellet pakan dunia juga jauh melampaui pellet bahan bakar (wood pellet), yakni kisaran 1 milyar ton per tahun sedangkan wood pellet di kisaran 50 juta ton per tahun. Keduanya memiliki fungsi strategis pada hajat hidup manusia. Pellet pakan sebagai mata rantai pangan untuk manusia sangat dibutuhkan dan produksinya terus ditingkatkan. Diperkirakan kebutuhan protein pada tahun 2050 butuh tambahan sekitar 250 juta ton per tahun atau naik 50% dibandingkan hari ini. Hal tersebut karena  menurut PBB populasi global manusia diprediksi akan mencapai 9 milyar manusia pada 2050. Sektor pangan mencari solusi untuk defisit protein karena permintaan protein perkapita dan pertumbuhan populasi.Sedangkan pellet bahan bakar (wood pellet) dibutuhkan untuk menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. Wood pellet sebagai bahan bakar carbon neutral membuatnya tidak menambah konsentrasi CO2 di atmosfer yang merupakan gas rumah kaca yang memanaskan suhu bumi. Program-program dekarbonisasi atau subtitusi bahan bakar fossil ke energi terbarukan khususnya bahan bakar biomasa atau wood pellet terus ditingkatkan di seluruh dunia, sebagai rujukan bisa baca disini dan disini. Kebun energi atau kebun legum akan bisa menjadi solusi masalah ini, lebih detail baca disini 


Selain untuk produksi pellet (baik pellet bahan bakar maupun pellet pakan) dengan sedikit modifikasi yakni mengganti pelletiser dengan mesin briket maka juga bisa digunakan untuk produksi briket. Hal ini karena secara proses produksi hampir sama, teknologi keduanya adalah sama yakni kelompok teknologi pemadatan biomasa (biomass densification). Penggunaan briket ini juga untuk bahan bakar sama seperti wood pellet tetapi briket ini juga bisa diarangkan (karbonisasi) sehingga menjadi briket arang. Produksi briket arang dengan cara ini menghasilkan kualitas lebih baik dibanding produksi briket arang dengan bahan baku arang lalu ditambah perekat dan dicetak. Produk briket arang tersebut biasa di pasaran dikenal sebagai produk sawdust charcoal briquette, yang produksinya tidak membutuhkan perekat tambahan (binderless briquette).   

 

Sunday, June 5, 2022

Keberkahan Pada Daging Kambing

Daging kambing memilik keberkahan, artinya banyak kebaikan pada daging kambing ini. Terdapat perintah agar kita memelihara dan memanfaatkan kambing karena padanya ada keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

” Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing kerana di dalamnya terdapat barakah”[1. HR. Ahmad, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah 2/417].

Selain daging kambing, keberkahan juga ada pada susu dan kulitnya. Susunya bisa diminum serta kulitnya bisa dijadikan bahan kain atau pakaian. Ahli tafsir Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan,

“Allah telah menjadikan berkah pada kambing di mana kambing bisa dimanfaatkan untuk pakaian, makanan, minuman, banyaknya anak, karena kambing beranak tiga kali dalam setahun, sehingga memberikan ketenangan bagi pemiliknya. Kambing juga membuat pemiliknya rendah hati dan lembut terhadap orang lain”[2. Al-Jami’ li Ahkaamil-Qur’an, 10/80, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, 1384 H, Asy Syamilah].

 Bahkan diriwayatkan setiap Nabi pernah mengembalakan kambing, ulama menjelaskan hikmahnya adalah karena mengembalakan kambing membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang akan membentuk karakter kebaikan pada seseorang. Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“tidaklah seorang Nabi diutus melainkan ia menggembala kambing“. para sahabat bertanya, “apakah engkau juga?”. Beliau menjawab, “iya, dahulu aku menggembala kambing penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath”[3. HR. Al Bukhari, no. 2262].

Apakah daging kambing berbahaya bagi kesehatan?

Sesuatu yang berkah tentu tidak menimbulkan bahaya. Apa yang disyariatkan oleh Islam pasti bermanfaat dan tidak berbahaya.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata dalam risalahnya,

“Agama dibangun atas dasar berbagai kemashlahatan, mendatangkan mashlahat dan menolak berbagai keburukan”

Kemudian beliau menjelaskan,

“Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali padanya terdapat berbagai mashlahat yang tidak bisa diketahui secara menyeluruh”[4. Risaalah fiil Qowaaidil fiqhiyah hal. 41, Maktabah Adwa’us salaf].

Hal ini sudah dibuktikan oleh orang di zaman dahulu mereka suka memakan daging termasuk daging kambing, bahkan mereka memakan lemaknya juga. Dikisahkan orang dahulu suka mengambil lemak hewan, kemudian dipotong dadu dan dikeringkan dengan cara dijemur. Disimpan atau dibawa bersafar, kemudian jika ingin dimakan tinggal “dipanaskan” atau dioles diatas roti kemudian di makan.

Informasi yang tersebar di masyarakat bahwa daging kambing berbahaya misalnya bisa menaikan tekanan darah dan meningkatkan kolesterol, itu tidak benar. Daging kambing tidak berbahaya, yang menyebabkan naiknya tekanan darah dan naiknya kolesterol bisa jadi karena beberapa hal berikut:

1. Cara pengolahan daging yang tidak sehat, misalnya memakai bumbu dan minyak yang berlebihan, terlalu lama diolah sehingga vitamin dan kandungan mineralnya hilang.

2. Terlalu berlebihan mengkonsumsi daging saat “pesta daging” dan wajar saja, apa-apa yang berlebihan pasti akan menjadi racun. Dalam kedokteran dikenal ungkapan,
“Semua zat adalah (berpotensi menjadi) racun. Tidak ada yang tidak (berpotensi menjadi) racun. Dosis dan indikasi yang tepat membedakannya apakah ia racun atau obat” [5. Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006].

3. Pola hidup di zaman sekarang yang tidak sehat, makanan tidak sehat dan gerakan yang kurang. Sehingga ada akumulasi sedikit saja kolesterol atau zat lainnya maka sudah berbahaya.

Sekali lagi kami tekankan bahwa daging kambing tidak berbahaya bahkan padanya terkandung keberkahan dan kebaikan yang banyak.


Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

Sumber: https://muslim.or.id/28650-keberkahan-pada-daging-kambing.html

اتخذوا الغنم فإن فيها بركة

Sumber: https://muslim.or.id/28650-keberkahan-pada-daging-kambing.html

Saturday, April 23, 2022

Beternak Domba Kambing atau Beternak Jangkrik ?

Menurut PBB populasi global diprediksi akan mencapai 9 milyar manusia pada 2050. Sektor pangan mencari solusi untuk defisit protein karena permintaan protein perkapita dan pertumbuhan populasi. Serangga adalah sumber protein yang dipromosikan baik pakan dan pangan. Sembilan milyar orang yang diprediksi tinggal di planet bumi tahun 2050 tersebut, butuh tambahan protein 250 juta ton per tahun atau naik 50% dibandingkan hari ini. Dan menurut FAO, jangkrik butuh pakan 6 kali lebih sedikit daripada sapi, empat kali lebih sedikit daripada domba, dan dua kali lebih sedikit dari babi dan ayam broiler untuk menghasilkan jumlah protein yang sama. Sejumlah perusahaan peternakan serangga telah bermunculan khususnya di Eropa untuk produksi protein dari serangga tersebut, bahkan telah ada organisasinya yang khusus dibentuk untuk hal tersebut yakni IPIFF (International Platform of Insects for Food and Feed). Sekitar sepertiga produksi serangga tersebut ternyata untuk pangan dan dua-pertiga untuk sumber protein pakan. Akankah kita muslim akan beternak serangga daripada domba untuk sumber protein ? Sebagai muslim, sebaiknya kita tidak perlu ikut makan jangkrik untuk mendapat asupan protein seperti yang banyak dipromosikan di barat tersebut. Jenis serangga yang diijinkan untuk dikembangbiakkan oleh komisi Eropa untuk maksud tersebut meliputi hanya 7 spesies serangga yakni 3 jenis jangkrik, 2 jenis ulat dan 2 jenis lalat. Kita pilih yang halalan thayiban yakni daging kambing dan domba.

Konsumsi daging domba kambing perkapita di Indonesia masih sangat rendah, yakni kurang dari 1 kg setiap tahunnya dan ini bisa jadi hanya saat Idul Adha atau hari raya Idul Qurban saja. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan sehingga konsumsinya perlu ditingkatkan. Padahal daging kambing domba ini adalah daging terbaik dan Rasulullah Muhammad SAW menyukainya. Protein adalah salah satu unsur penting bagi pangan manusia dan lebih spesifik daging domba kambing sebagai sumber protein memiliki keunggulan tersendiri, untuk lebih detail baca disini.  Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan umatnya untuk memelihara kambing domba ini karena adanya keberkahan. Domba kambing ini sangat terkait dengan praktek ibadah umat Islam yakni aqiqah dan qurban yang merupakan bagian dari syari'at Islam sampai hari kiamat, sehingga beternak domba kambing juga memiliki banyak keutamaan.

“ Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing kerana di dalamnya terdapat barakah.” [HR Ahmad] 

“Tidaklah seorang Nabi diutus melainkan ia menggembala kambing. Para sahabat bertanya, apakah engkau juga?”. Beliau menjawab, “iya, dahulu aku menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.”[HR. Al Bukhari, no. 2262] 

Abu Hurairah r.a. berkata: “Suatu ketika dihidangkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semangkuk bubur dan daging. Maka beliau mengambil bahagian lengan (dari daging tersebut), dan bahagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim) 

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disuguhi daging. Bagian kaki (dari daging itu atau paha) diberikan kepada Beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukainya, maka beliau menggigit daging itu.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

Dengan semakin berkembangnya kebun energi atau kebun legum maka peternakan domba kambing bisa semakin digalakkan. Masalah utama berupa ketersediaan pakan dan lebih khusus lagi sumber protein pakan menjadi mudah diatasi. Dengan demikian peternakan kapasitas besar juga sangat mungkin dikembangkan, karena juga kebutuhan daging domba-kambing ini juga sangat besar. Selain itu area perkebunan sawit Indonesia yang mencapai 15 juta hektar juga potensial untuk peternakan khususnya domba, untuk lebih detail baca disini. Dari sini bisa disimpulkan untuk antisipasi pertambahan penduduk tersebut umat Islam seharusnya bersungguh-sungguh dengan peternakan domba-kambing tersebut.

Reklamasi Bentuk Lain - Kebun Energi untuk Produksi Wood Pellet dan Integrated Farming

  Reklamasi pasca tambang merupakan kewajiban perusahaan pertambangan / pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) sehingga mereka harus menyi...