Showing posts with label usaha peternakan. Show all posts
Showing posts with label usaha peternakan. Show all posts

Saturday, April 24, 2021

Merencanakan Suplai Pakan Jangka Panjang

Pakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam usaha peternakan dengan porsi mencapai sekitar 70%. Dengan demikian pakan memiliki peran penting bagi keberlangsungan usaha tersebut. Perencanaan dalam penyediaan pakan yang baik akan mengurangi resiko kegagalan termasuk penurunan produksi peternakan tersebut. Menjaga performa industri peternakan tetap tinggi bukan hal yang mudah tentunya, diantaranya menjaga kualitas dan kuantitas pakan tersebut. Perencanaan pakan untuk suplai jangka panjang perlu dilakukan secara seksama dan komprehensif sehingga usaha peternakan bisa optimal. Faktor musim adalah salah satu faktor penting ketersediaan pakan tersebut. Tingkat keberhasilan dan besarnya keuntungan yang didapat juga bisa diprediksi lebih baik.

Dalam usaha komersial, pakan ternak ruminansia khususnya domba, kambing dan sapi pada umumnya lebih mudah didapatkan daripada pakan unggas atau ayam. Import bungkil kedelai sudah dilakukan untuk pakan unggas atau ayam tersebut. Daging ayam memang masih menempati peringkat 1 sebagai sumber protein hewani di Indonesia dengan porsi sekitar 70%. Sedangkan untuk ruminansia di atas umumnya pakan bisa disediakan oleh sumber pakan lokal seperti rerumputan dan tanaman legum. Tetapi seiring menyempitnya lahan yang bisa digunakan untuk tanaman hijauan di atas maka semakin terbatas ketersediaan pakan untuk ternak tersebut, apalagi untuk padang penggembalaan. Kondisi inilah yang membuat peternakan ruminansia tersebut sulit dikembangkan dalam kapasitas besar atau berorientasi industri. Kebun energi dengan luasan bisa mencapai ribuan hektar diharapkan menjadi solusi untuk hal tersebut.  

Perkembangan kebun energi sendiri sangat terkait penggunaan energi terbarukan khususnya biomasa baik di lokal / dalam negeri maupun global. Seiring era bioeconomy sehingga penggunaan bahan bakar fossil demikian juga untuk pembuatan berbagai produk lainnya semakin dikurangi, maka biomasa akan semakin mendapat perhatian dan semakin banyak digunakan. Hal tersebut seharusnya seiring dengan pertumbuhan sektor peternakan ruminansia di atas dan industri halal pada umumnya. Terkait dengan pakan ternak tersebut ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan yakni nutrisi, keamanan /safety dan keberlanjutannya / sustainibility. Selain faktor-faktor tersebut faktor teknologi, logistik dan manajemen yang baik juga turut berperan penting untuk keberlangsungan suplai pakan jangka panjang tersebut. Apabila seluruh unsur pakan (serat, protein, vitamin, mineral dsb) dapat dicukupi dari sumber lokal / dalam negeri sehingga harga lebih murah maka usaha peternakan akan semakin kompetitif. Sedangkan apabila tergantung pada import maka biaya pakan akan mahal dan usaha peternakan menjadi kurang kompetitif sehingga output produk daging dan susu sebagai sumber protein juga menjadi mahal. Dan jangan sampai produksi pakan ternak dalam negeri berkembang katakan saja 5 kali tetapi import bahan bakunya malah 15 kali lipat. 

Tuesday, February 16, 2021

Belajar Sejarah Industri Pakan Ternak Dunia

Kemampuan untuk membuat suplai makanan yang stabil dari hewan ternak membuat populasi dunia berkembang, pusat-pusat masyarakat berkembang dan kota-kota bermunculan. Domestikasi tanaman-tanaman liar dan ternak, serta penggunaan irigasi dan alat-alat pengolah tanah membuat populasi semakin berkembang. Ketika populasi manusia semakin bertambah dan masyarakat banyak tinggal di perkotaan, peternakan dan pertanian semakin terorganisir, efisien dan produktif dengan penggunaan teknologi dan berbagai inovasi. Ilmu nutrisi pakan ternak menjadi disiplin ilmu dimulai sekitar 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1810 ilmuwan Jerman bernama Albrecht Daniel Thaer mengembangkan standar pakan ternak pertama yakni dengan membandingkan nutrisi berbagai jenis hay. Hal tersebut selanjutnya diikuti sejumlah penemuan terkait nutrisi pakan ternak seperti sistem analisis proksimat, standard pakan berdasar nutrisi yang tercerna,  vitamin dan mineral yang dibutuhkan hewan ternak, hingga pada tahun 1944 L.A.Maynard mempublikasikan tabel kebutuhan nutrisi untuk ternak dan laboratorium peternakan. Tabel kebutuhan nutrisi tersebut selanjutnya menjadi standar dunia untuk formulasi pakan hingga saat ini termasuk diantaranya ternak ruminansia seperti domba, kambing dan sapi. 

Pakan ternak menjadi komoditas perdagangan atau produk komersial dimulai pada awal 1800an ketika alat transportasi dan menggerakkan alat-alat pertanian terutama menggunakan kuda dan keledai. Peternakan dan pemeliharaan kuda menjadi suatu hal yang penting. Tempat-tempat pemberhentian kuda sebagai tempat peristirahatan banyak dibuat di sepanjang jalur perjalanan antar kota sebagai fasilitas umum atau mirip dengan SPBU pada saat ini. Salah satu hal penting di tempat peristirahatan tersebut adalah penyediaan pakan berkualitas bagi kuda-kuda tersebut, seperti hay, biji-bijian dan sebagainya. Hal tersebut bermunculan sejumlah usaha penyedia pakan kuda dan keledai tersebut, dan sejumlah perusahaan pakan yang ada hari ini seperti Cargill, ADM, Purina, dan Ridley bermula dari sini, meskipun saat itu penggunaan formulasi pakan secara ilmiah sangat minim digunakan.

Pemberhentian kuda dan penyediaan pakan di era tahun 1800an

Pabrik-pabrik pakan di Amerika dibangun berdekatan dengan penggilingan biji-bijian, bahkan banyak industri telah bergerak di penggilingan biji-bijian itu juga ikut terlibat dalam industri pakan tersebut. Industri pakan ternak menggunakan produk samping atau limbah dari penggilingan biji-bijian tersebut. Pabrik pakan ternak pertama dibuat dengan menambahkan sejumlah nutrisi pada produk samping tepung terigu. Penggunaan teknologi dan mekanisasi juga semakin banyak untuk mencapai produk pakan dengan kualitas seragam dan proses produksi yang efisien. Pada menjelang tahun 1900 hammer mill pertama kali digunakan diikuti dengan horizontal batch mixer pada tahun 1909. Pada awal abad 20 terlihat banyak kemajuan dari penggunaan teknologi untuk pakan ternak tersebut tetapi kemajuan yang terlihat paling mencolok dan dramatis adalah ketika Purina memperkenalkan pellet pakan pada tahun 1920an. Dengan pelletisasi tersebut bahan brupa serbuk, kurang disukai ternak (unpalatable), kepadatan yang berbeda-beda menjadi lebih mudah digunakan dan meningkatkan keseragaman. Teknik pelletisasi ini kemudian dengan cepat banyak diminati oleh banyak produsen pakan sehingga pada tahun 1930 ada sejumlah pabrik pakan yang spesialis produksi pellet pakan (feed pellet) tersebut. 


Sekitar tahun 1940 dan 1950 formulasi pakan lebih kompleks dengan penambahan vitamin dan mineral. Pada akhir tahun 1950an kemajuan dan spesialisasi terus berlanjut dalam industri pakan tersebut. Selain itu kapasitas produksi juga semakin besar, bahkan pada tahun 1970an kisaran kapasitas pabrik pakan ternak antara 200 - 500 ribu ton per tahun. Sementara itu peternakan-peternakan besar memilih membuat pakan sendiri supaya semakin kompetitif. Penggunaan otomatisasi pada pabrik pakan dimulai tahun 1975 dan terus berevolusi untuk meminimalisir biaya pakan dan memaksimalkan efisiensi proses produksinya. Teknologi berikut perangkat lunak (software) untuk proses produksi terus berkembang antara lain logistik berbagai bahan pakan, karakteristik ukuran, proses pelletisasi, proses extrusi, dan banyak hal lain dalam produksi.

Sedangkan perkembangan industri pakan ternak di Eropa kurang lebih mencontoh pola perkembangan yang ada di Amerika. Pengolahan biji-bijian dan tekologi penggilingan maju secara pesat pada abad ke-19. Dalam upaya mengakselerasi perkembangan industri pakan ternak di Eropa, pada tahun 1959 Belgia, Prancis, Jerman, Italia dan Belanda membentuk European Feed Manufacturers' Federation (FEFAC) sebagai organisasi bagi industri pakan di Eropa. FEFAC ini memiliki misi untuk menyatukan industri pakan dan menjalin komunikasi dan kerjasama di kawasan Eropa. Walaupun cukup sukses dalam upaya tersebut FEFAC mengalami masalah yang cukup menghebohkan yakni pada tahun 1996 dengan krisis Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) karena terkait pemberian pakan berasal dari mammalian meat and bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging mamalia untuk pakan ruminansia. Daging yang terinfeksi BSE tersebut menyebabkan penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia sehingga menimbulkan resiko tinggi pada rantai pangan manusia. Setelah wabah itu menyebar selanjutnya penggunaan MBM dalam pakan ternak dilarang. Peraturan tersebut menyebabkan ketergantungan yang tinggi pada bahan baku import seperti tepung kedelai (soybean meal) untuk keberlangsungan suplai daging, susu dan telur. Belajar dari hal tersebut FEFAC pada abad 21 ini memiliki fokus berupa inisiatif pada feed and food safety. Organisasi mengambil inisiatif untuk bisa diberlakukan secara global seperti pada 2001 melarang penggunaan MBM, pada 2006 melarang antibiotik pada pakan, perundang-undangan terkait nitrate pada kotoran ternak, dan penggunaan bahan baku transgenik (GMO).   

Brazil adalah negara di Amerika Selatan yang cukup maju pada industri pakan ternak dan saat ini merupakan suplier terbesar ketiga di dunia pakan ternak. Menariknya adalah produksi pakan komersial di Brazil baru banyak dilakukan pada tahun 1960an. Pola perkembangan industri pakan ternak di Brazil menggunakan model yang sama seperti di Amerika dan Eropa, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat pada penggilingan dan pengolahan biji-bijian seperti gandum, dan jagung juga yang pertama terlibat pada industri pakan ternak. Pabrik pakan pertama dari kulit gandum (wheat bran) dibangun pada 1940an. Saat ini di Brazil sebagian industri pakan terintegrasi dengan peternakannya atau sekitar 80% yang berarti industri pembuat pakan juga merupakan industri yang sama dengan peternakan tersebut. Hal yang menarik lainnya adalah Brazil juga menempati peringkat dua dunia untuk industri pakan hewan peliharaan, padahal industri ini hampir tidak ada sebelum tahun 1990an. Brazil memiliki produksi melimpah untuk jagung, kedelai dan komoditas lainnya yang sangat mendukung industri pakan ternak tersebut.

China adalah produsen pakan ternak terbesar di dunia atau mencapai hampir 20% dunia diikuti Amerika Serikat (17,4%) dan Brazil (6,8%). Sejarah industri pakan ternak di China dimulai pada tahun 1930 dengan penggilingan tepung modern pertama berdiri dan diikuti dengan pemanfaatan produk samping penggilingan tersebut untuk pakan ternak. Sedangkan pabrik pakan modern pertama baru berdiri pada tahun 1949. Selanjutnya karena suasana politik tidak menentu dan pertumbuhan ekonomi lambat serta pemerintahan terpusat membuat produksi biji-bijian menurun sehingga sebagian besar untuk konsumsi manusia. Pertumbuhan industri pakan maupun peternakan juga sangat terbatas. Perubahan kondisi politik tahun 1976 membuat industri pakan ternak mulai tumbuh lagi. Pada tahun 1977 diadakan studi banding tentang industri pakan di Prancis, Jepang dan Amerika. Dan pada tahun 1984 draft tentang rencana pengembangan industri pakan telah dipublikasikan dengan sejumlah garis besar tujuan dan strategi-strategi antara tahun 1984-2000. 

Pada tahun yang sama (1984) juga sejumlah kebijakan juga dikeluarkan untuk menunjang perkembangan industri pakan dalam negeri seperti pajak eksport tinggi untuk bahan pakan dan alat-alat penggilingan, bebas pajak hingga 3 tahun bagi pabrik pakan baru dan bahkan tidak ditarik pajak jika pabrik belum menghasilkan keuntungan yang memadai. Standar pakan pertama dikeluarkan pada tahun 1996, tetapi karena interpretasi terhadap standar tidak konsisten membuat hampir 10% dari uji pakan ternak dibawah standar pada 1998. Bahkan pada tahun 2007 terjadi penarikan pakan hewan peliharaan karena terkontaminasi melamin dan cyanuric acid (yang tinggi kadar nitrogen dan teridentifikasi sebagai kandungan protein kasar) pada unsur protein yang menyebabkan kegagalan ginjal.  Penggunaan nitrogen dari bahan kimia diatas juga dilakukan pada produk-produk pertanian juga membuat penarikan produk-produk pertanian dari China yang dilakukan di Afrika Selatan, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan Amerika memerintahkan USDA untuk memeriksa semua produk-produk pertanian dari China. Tahun 2008 dan 2009 China fokus mengeliminasi masalah pemalsuan atau pencampuran tersebut dan efek krisis yang ditimbulkan. Pada tahun 2010 versi revisi tentang peraturan pakan dan aditif pakan dipublikasikan untuk lebih menjamin kualitas dan keamanan (safety). Walaupun China sebagai produsen pakan terbesar di dunia tetapi kebutuhan bahan baku pakan masih mengandalkan import khususnya tepung/bungkil kedelai untuk mendukung kebutuhan pangan berupa daging, susu dan telur untuk sekitar 1,3 milyar penduduknya.

Sumber dan ketersediaan pakan selalu menjadi orientasi utama bagi usaha peternakan. Dari sejarah di atas nampak jelas bahwa peternakan-peternakan besar selalu dibangun berdekatan dengan sumber pakan seperti penggilingan gandum. Peran pemerintah juga sangat penting untuk mendorong usaha tersebut. Mahalnya harga konsentrat produksi pabrik juga bisa menjadi daya dorong tumbuhnya peternakan besar yang berdekatan dengan kebun energi. Unsur protein dalam pakan selain penting dan esensial juga merupakan unsur biaya tertinggi, sedangkan pakan sendiri memegang komponen biaya tertinggi dalam usaha peternakan atau sekitar 70%. Ruminansia adalah herbivora sehingga pakannya adalah berasal dari tumbuh-tumbuhan, kasus MBM di Eropa bisa menjadi pelajaran mahal bahwa pemberian pakan dari mamalia ternyata malah menimbulkan masalah baru. Apalagi jika kategori makanan tersebut najis, maka binatang ternaknya menjadi binatang jalalah yang dilarang dikonsumsi. Sedangkan kasus pencampuran dengan bahan kimia berbahaya yang terjadi di China dengan  melamin dan cyanuric acid hanya untuk mengelabui kandungan protein sehingga terlihat tinggi juga membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. 

Momentum kebun energi atau kebun biomasa bisa menjadi momentum besar untuk tumbuhnya industri peternakan ruminansia asalkan memang dipersiapkan dengan baik. Sumber pakan lainnya bisa didapatkan dari lingkungan sekitar sehingga komposisi pakan komplit (complete feed) bisa terpenuhi. Dedak dan bekatul dari penggilingan padi juga tidak sulit didapatkan di Indonesia karena makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia adalah nasi. Sawah-sawah pertanian padi hampir ada di setiap tempat demikian penggilingan padinya. Sumber lain dari jenis rerumputan seperti rumput gajah,odot, rumput benggala dan sebagainya sebagai sumber serat ataupun limbah-limbah pertanian seperti jerami, daun kacang tanah, daun dan batang jagung dan sebagainya bisa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Dan ketika produksi pakan telah mencukupi untuk kebutuhan sendiri, kelebihan produksi pakan bisa dijual ke tempat lain.

Saturday, January 16, 2021

Produksi Wafer Hay Dari Daun Gamal

Selain pasar, pakan adalah faktor penting lainnya dalam usaha peternakan. Mengupayakan dan memastikan ketersediaan pakan sepanjang tahun baik kualitas dan kuantitas merupakan tantangan tersendiri khususnya peternakan ruminansia berorientasi industri. Produktivitas hasil ternak sangat ditentukan oleh faktor pakan tersebut.Peranan penting bagi ternak yakni untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. 

Selain itu produktivitas ternak itu sendiri banyak dipengaruhi faktor lingkungan yakni sampai 70% sedangkan sekitar 30% adalah faktor genetik. Dan diantara faktor lingkungan tersebut aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni sekitar 60%, misalnya beternak domba unggulan seperti jenis dorper tetapi jika kualitas dan kuantitas pakan tidak terpenuhi maka hasilnya juga tidak maksimal. Sedangkan ditinjau dari sisi usaha peternakan, biaya pakan juga merupakan biaya produksi terbesar, yakni 60-80% dari keseluruhan biaya produksi. Sehingga sangat wajar jika perhatian atau fokus pada masalah pakan sangat penting.

Melihat kondisi di atas maka teknologi pengolahan untuk pakan ternak menjadi penting. Tujuan pengolahan pakan ternak antara lain untuk menjaga nutrisi dan memperlama masa simpan, atau untuk lebih lengkap bisa membaca pada bagian pojok atas blog ini pada bagian background (/view web version atau tampilan web pada handphone). Pengeringan daun gamal atau kaliandra sampai kadar air sekitar 15% adalah salah satu upaya tersebut atau biasa disebut hay. Dengan dibuat hay dua tujuan pengolahan pakan ternak di atas yakni menjaga nutrisi dan memperlama masa simpan bisa tercapai, tetapi dengan volume bahan pakan kering atau hay yang besar (bulky) akan tidak efisien dalam pemakaian ruangan untuk penyimpanannya ataupun jika hendak digunakan di tempat lain yang membutuhkan transportasi yang cukup jauh. Hal itulah perlunya untuk mengaplikasikan teknologi pemadatan biomasa (biomass densification) untuk mengatasi problem tersebut. Pemadatan hay menjadi balok atau wafer adalah upaya praktis dan mudah. Peralatan dan proses pemadatan menjadi wafer juga mudah dan murah, dibanding teknologi pemadatan biomasa lainnya seperti pellet atau briket.


Peternakan domba atau sapi sebaiknya dibangun di dekat kebun energi tersebut sehingga bisa dengan mudah mendapatkan sumber pakan daun gamal tersebut. Daun-daun tersebut lalu dibuat hay dan dipadatkan menjadi balok / wafer tersebut. Dan karena daun gamal adalah sumber protein sehingga untuk menjadi complete feed atau pakan lengkap dibutuhkan sumber pakan yang lain. Hal tersebut bisa dipenuhi oleh masyarakat sekitar dengan pola pemberdayaan masyarakat atau untuk lebih detail bisa baca disini. Sumber pakan dari masyarakat tersebut misalnya sumber serat dari rumput-rumputan ataupun limbah-limbah pertanian juga bisa dibuat hay, sehingga peternakan tersebut tersedia hay sebagai pakan lengkap (complete feed) yang aman untuk operasional usaha peternakan tersebut. Dan karena estimasi produksi daun dari kebun energi sangat berlimpah maka sebagian hay yang diproduksi tersebut juga bisa dijual ke tempat lain.

Teknologi pada dasarnya alat untuk mencapai suatu tujuan. Ditinjau dari sudut pandang teknologi yakni pemadatan biomasa (biomass densification), selain bahan baku daun gamal bisa dibuat hay, daun tersebut juga bisa dibuat menjadi pellet atau briket. Perbedaan utama pellet dan briket hanya masalah ukuran saja, briket lebih besar daripada pellet. Bentuk briket kepingan (puck) seperti photo di atas adalah bentuk terbaik untuk aplikasi pakan ternak. Ditinjau dari teknis pellet dan briket juga lebih padat atau memiliki densitas lebih tinggi daripada hay. Masalah debu pada hay juga bisa dikurangi dengan dibuat pellet atau briket tersebut. Tetapi memang pembuatan pellet atau briket membutuhkan biaya investasi lebih tinggi dan proses produksi lebih kompleks.

Wednesday, January 13, 2021

Produksi Complete Feed Dengan Integrasi Kebun Energi Dan Pemberdayaan Masyarakat

Pakan dan pasar adalah dua hal terpenting dalam dunia peternakan. Peternak yang bisa mendapatkan pakan yang aman, bernutrisi, terjangkau, cukup dan berkelanjutan akan menghasilkan kualitas dan kuantitas terbaik. Kategori aman salah satunya bukan berasal dari transgenik atau GMO untuk lebih detail bisa dibaca disini. Pakan-pakan tersebut sangat mungkin dibuat sendiri dengan memanfaatkan potensi sekitar. Keahlian untuk menyediakan pakan tersebut tentu sangat penting untuk peternakan profesional. Demikian juga akses pasar yang luas memungkinkan usaha peternakan tersebut semakin menguntungkan. Era intenet saat ini juga sangat menunjang untuk mendapatkan akses pasar yang luas tersebut. Media sosial seperti group-group whatsapp, telegram, twitter, youtube dan sebagainya bisa dimanfaatkan untuk hal tersebut.

Untuk mendapatkan nutrisi lengkap sehingga menjadi pakan lengkap (complete feed), tentu tidak bisa didapat dari satu sumber saja. Malnutrisi yang berakibat menurunnya kualitas dan produksi ternak pasti akan terjadi, jika nutrisi pakan tidak memadai. Pembuatan kebun energi atau kebun biomasa dengan tanaman leguminoceae seperti gamal/gliricidia dan kaliandra merah sangat mungkin diintegrasikan dengan usaha peternakan tersebut. Peternakan domba, kambing dan sapi adalah pilihan terbaik usaha peternakan tersebut. Hal tersebut juga diharapkan nantinya kemajuan bidang energi terbarukan dari kebun energi atau biomaterial akan sejalan dengan usaha peternakan tersebut. Sementara daun gamal atau kaliandra memiliki kandungan utama berupa protein yang bisa mencapai 25%, maka sumber nutrisi lainnya seperti sumber serat, vitamin dan mineral bisa didapatkan dari lingkungan sekitar kebun tersebut. Masyarakat di sekitar area perkebunan bisa diberdayakan untuk menanam tanaman pelengkap nutrisi tersebut ataupun memanfaatkan berbagai limbah pertanian mereka seperti jerami, rerumputan dan sebagainya.

 Daun gamal atau kaliandra tersebut sebagai sumber pakan penggunaannya diperkirakan maksimal 30% dari pakan lengkap (complete feed) tersebut. Dengan produktivitas daun per hektar sekitar 30 ton/tahun basah atau 18 ton/tahun kering. Berarti untuk setiap 1000 hektar kebun gamal akan menghasilkan 18.000 ton/tahun daun kering. Jika kambing/domba memakan 3 kg/hari (30% dari total konsumsi complete feednya) berarti untuk 1 tahun 1 ekor domba/kambing menghabiskan sekitar 1 ton daun kering tersebut atau dengan volume 18.000 ton/tahun berarti bisa mencukupi 18.000 ekor domba/kambing selama 1 tahun.

Inovasi pakan ternak tersebut juga harus terus dilakukan sehingga konversi pakan ke produk daging, susu atau peranakan tinggi, bahkan formulasi pakan tersebut seharusnya bisa disesuaikan dengan tingkat usia hewan ternak. Riset-riset untuk mendapatkan formulasi atau resep-resep pakan variatif terutama yang adaptif dengan potensi lokal sangat penting dilakukan. Termasuk diantaranya adalah mengidentifikasi dan mengembangkan sumber-sumber pakan sebanyak mungkin. Semakin banyak sumber pakan teridentifikasi dan formulasi pakannya, maka diharapkan usaha peternakan akan berkembang pesat. Studi kasus pada daun gamal dan kaliandra memiliki beberapa zat anti nutrisi maka zat-zat tersebut juga harus bisa dikurangi bahkan dieliminasi sama sekali sehingga nutrisi pakan terserap secara efektif. Zat anti nutrisi pada gamal/gliricidia adalah dicoumerol, HCN (asam sianida) dan nitrat sedangkan kaliandra merah zat anti nutrisinya tanin. 

Export Domba dan Pellet Pakan Ternak ke Aljazair

  Aljazair mencanangkan import domba hingga 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Hal ini karena kebutuhan dalam negeri yang bes...