Saturday, March 20, 2021

7 Pabrik Pakan Ternak Terbesar Di Dunia

Sejak pakan ternak menjadi komoditas perdagangan atau produk komersial dimulai pada awal 1800an ketika alat transportasi dan penggerak alat-alat pertanian terutama menggunakan kuda dan keledai, sejumlah penyedia pakan ternak mulai bermunculan seperti Cargill, ADM, Purina dan Ridley. Pada era tersebut ilmu nutrisi pakan ternak menjadi disiplin ilmu, yakni dimulai dari 1810 ilmuwan Jerman bernama Albrecht Daniel Thaer mengembangkan standar pakan ternak pertama yakni dengan membandingkan nutrisi berbagai jenis hay. Pada menjelang tahun 1900 hammer mill pertama kali digunakan diikuti dengan horizontal batch mixer pada tahun 1909. Pada awal abad 20 terlihat banyak kemajuan dari penggunaan teknologi untuk pakan ternak tersebut tetapi kemajuan yang terlihat paling mencolok dan dramatis adalah ketika Purina memperkenalkan pellet pakan pada tahun 1920an. Dengan pelletisasi tersebut bahan brupa serbuk, kurang disukai ternak (unpalatable), kepadatan yang berbeda-beda menjadi lebih mudah digunakan dan meningkatkan keseragaman. Teknik pelletisasi ini kemudian dengan cepat banyak diminati oleh banyak produsen pakan sehingga pada tahun 1930 ada sejumlah pabrik pakan yang spesialis produksi pellet pakan (feed pellet) tersebut. Pada tahun 1944 L.A.Maynard mempublikasikan tabel kebutuhan nutrisi untuk ternak dan laboratorium peternakan. Tabel kebutuhan nutrisi tersebut selanjutnya menjadi standar dunia untuk formulasi pakan hingga saat ini termasuk diantaranya ternak ruminansia seperti domba, kambing dan sapi. Pada akhir tahun 1950an kemajuan dan spesialisasi terus berlanjut dalam industri pakan tersebut. Selain itu kapasitas produksi juga semakin besar, bahkan pada tahun 1970an kisaran kapasitas pabrik pakan ternak antara 200 - 500 ribu ton per tahun. Saat ini telah ada sekitar 30 ribu pabrik pakan di seluruh dunia dengan produksi lebih 1 milyar ton setiap tahun, dan 7 raksasa pabrik pakan ternak tersebut seperti di bawah ini :

1. Charoen Pokphand (27 juta ton/tahun)

Bisnis Charoen Pokphand bermula pada tahun 1921 ketika Chia Ek Chor dan Chia Siew Whooy dua China bersaudara mendirikan toko Chia Tai Chueng dan melakukan bisnis bibit tanaman dan sayuran dari China dan mengeksport babi dan telur ke Hongkong. Saat ini Charoen Pokphand yang berbasi di Bangkok ini merupakan konglomerat Thailand terbesar dan juga salah satu konglomerat terbesar di dunia. Perusahaan ini memiliki 8 lini bisnis yang mencakup 13 kelompok bisnis diantaranya bisnis ritel terbesar di Asia Tenggara (Seven Eleven), telekomunikasi (True), hipermarket (Siam Makro) dan otomotif (Dayang Motor). Pada tahun 2020 kelompok bisnis ini telah melakukan investasi di 21 negara.  Produksi pakan ternak Charoen Pokphand mulai digunakan pada tahun 1978 dan saat ini merupakan produsen terbesar dunia untuk produk pakan ternak dan udang, serta tiga besar dunia untuk produk unggas, daging babi dan sejumlah produk-produk pertanian.

2. New Hope (20 juta ton/tahun)


New Hope didirikan oleh Liu Yonghao pada tahun 1982 dan juga sebagai direktur utama saat ini. Sebelum mendirikan New Hope Liu Yonghao adalah guru sekolah teknik dan bersama tiga saudaranya memulainya dengan peternakan puyuh dan ayam. Saat ini New Hope adalah produsen pakan ternak terbesar di China. Selain di New Hope, Liu Yonghao juga berbisnis di perbankan dan menjadi pendiri salah satu pemegang saham di  China Minsheng Bank. Saat ini New Hope terutama bergerak pada sektor pertanian, peternakan dan pengolahan pangan, yakni dengan produksi pakan ternak 20 juta ton, pengolahan 1,3 milyar ayam dan 8 juta babi setiap tahunnya. Perusahaan ini beroperasi di 30 negara diantaranya Vietnam, Philipina, Bangladesh, Indonesia, Kamboja, Sri Lanka, Singapura dan Mesir.

 3.Cargill (19,2 juta ton/tahun)


Cargill didirikan pada tahun 1865 atau sekitar 156 tahun lalu di Amerika Serikat oleh William W. Cargill dengan kantor pusat di Minnetonka, Minnesota. Setahun setelah didirkan tersebut kemudian saudaranya Sam bergabung sehingga terbentuklah W.W. Cargill and Brother. Pada tahun 1875 saudara lainnya James bergabung ke dalam perusahaan tersebut. Pada tahun 1898, John H. MacMillan, Sr., dan saudaranya, Daniel, mulai bekerja di W. W. Cargill. MacMillan kemudian menikahi putri tertua William Cargill, Edna. Sampai saat ini Cargill masih merupakan sebuah perusahaan keluarga, dengan keturunan dari pendiri (dari Keluarga Cargill dan MacMillan) memiliki 90% saham perusahaan ini dan merupakan Cargill perusahaan swasta dengan pendapatan terbesar di Amerika Serikat.

Beberapa bisnis utama Cargill adalah perdagangan, pembelian dan pendistribusian biji-bijian seperti gandum dan komoditas pertanian lain, seperti minyak kelapa; perdagangan energi, baja, dan transportasi; pengembangbiakan ternak dan produksi pakan; serta memproduksi bahan makanan seperti amilum dan sirup glukosa, minyak dan lemak sayur untuk digunakan pada makanan instan dan industri. Cargill juga memiliki bisnis jasa keuangan, yang mengelola resiko keuangan Cargill di pasar komoditas. Cargill beroperasi di 66 negara dan merupakan produsen unggas terbesar di Thailand. 

4.Purina Animal Nutrition (12 juta ton/tahun)

Purina Animal Nutrition didirikan di  Amerika Serikat oleh William H. Danforth pada tahun 1894 dengan produksi berbagai pakan hewan dengan nama Purina Mills.  Pakan hewan yang diproduksi saat itu antara lain untuk kuda, anjing, kucing, kelinci, babi dan monyet.  Pada tahun 1902, William H. Danforth bersama Webster Edgerly seorang professor universitas pendiri Ralstonism yang saat itu memproduksi breakfast cereal mendirikan perusahaan Ralston Purina. Pada tahun 1986 Ralston Purina menjual Purina Mill, bisnis pakan ternak untuk pasar Amerika, kepada British Petroleum dan menahan bisnis pakan hewan peliharaan (pet feed) dan pakan ternak internasionalnya. Pada tahun 1993 Sterling Group melakukan pembelian Purina Mill dan pada tahun 1998 dibeli oleh Koch Industries, tetapi U.S. bankruptcy court membatalkan semua hak Koch untuk mengelola kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Terakhir Purina Mills dibeli oleh Land O’Lakes pada 2001.   

5.BRF (11 juta ton/tahun)


BRF S.A. adalah perusahaan Brazil yang merupakan penggabungan antara Sadia dan Perdigao, dua perusahaan pakan utama di Brazil. Saat ini BRF adalah salah satu perusahaan pakan terbesar di dunia dengan lebih dari 30 merk dalam portofolionya, diantaranya Sadia, Perdigao, Qualy, Paty, Danica dan Bocatti. Produk BRF dipasarkan lebih dari 150 negara di dunia. BRF memiliki lebih dari 50 pabrik di 8 negara yakni Argentina, Brazil, United Arab Emirates (UAE), Belanda, Malaysia, UK, Thailand dan Turkey. Di Brazil, BRF memiliki lebih dari 30 pabrik dan 20 pusat distribusinya, sedangkan di luar negeri mengoperasikan 9 pabrik di Argentina, satu unit di UK, satu unit di Belanda, lima di Thailand, satu di Malaysia, satu di UAE, dan lima di Turki dengan didukung 27 pusat distribusinya. Produk pakan ternak yang diproduksi BRF adalah untuk ayam dan babi. 

6.Tyson Foods (10,3 juta ton/tahun)

Tyson Foods adalah sebuah perusahaan publik asal Amerika Serikat yang bisnis utamanya bergerak di industri makanan hewan dengan kantor pusatnya di 2200 Don Tyson Pkwy., Springdale, Arkansas. Tyson Foods juga merupakan perusahaan dan pemasar terbesar dunia setelah JBS S.A berbasis ayam, sapi dan babi. Perusahaan ini didirikan oleh John W. Tyson pada tahun 1935 dan sejak didirikan hingga meninggalnya tahun 1967 dia menjabat sebagai direktur utamanya. Tyson mengawali bisnisnya di pasar ayam ketika dia mendengar bahwa ayam di bagian utara Amerika lebih mahal daripada di tempat tinggalnya di Arkansas. Pada tahun 1936 Tyson membawa 500 ayam dari tempat tinggalnya ke Chichago, Illinois dan mendapatkan cukup keuntungan. Sejak kesuksesan tersebut dia mulai beternak ayam dan membuat pakan untuk ternak tersebut. Saat ini Tyson Foods beroperasi di 10 negara dengan produk-produknya tersebar menjangkau lima benua di dunia. 

7.COFCO (8,3 juta ton/tahun)

COFCO (China Oil and Foodstuffs Corporation) adalah perusahaan milik negara China (seperti BUMN di Indonesia) yang didirikan pada tahun 1949 dan merupakan pengolah bahan pangan dan pemasar terbesar di China saat ini. COFCO juga salah satu pemimpin group agribisnis Asia diamping Wilmar International. Antara tahun 1952 sampai 1987 (35 tahun), COFCO adalah impoter dan exporter tunggal untuk produk-produk pertanian dibawah kendali langsung pemerintah pusat. COFCO memiliki sejumlah lokasi produksi di China, dan juga di sejumlah negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Kanada.  

Tidak lama lagi diperkirakan era bioeconomy akan menjadi trend dan gaya hidup dunia sehingga masalah keberlanjutan (sustainibility) menjadi sangat penting. Bioeconomy sendiri bisa didefinisikan sebagai produksi berbasis pengetahuan dan menggunakan sumberdaya biologi atau makhluk hidup untuk menghasilkan produk-produk, proses-proses, dan jasa-jasa pada sektor ekonomi dalam kerangka sistem ekonomi berkelanjutan. Dengan penduduk mayoritas muslim sudah seharusnya Indonesia mengembangkan banyak model-model bioeconomy yang sejalan dengan nilai Islam. Hal ini karena bioeconomy juga akan terkait terkait masalah pangan dan sandang yang dalam Islam sangat jelas terkait dengan masalah halal haram. Bukan hanya itu tentu model tersebut juga dioptimasi sehingga bisa semaksimal mungkin membawa kemakmuran umat dan memberi solusi pada sejumlah masalah besar yang dihadapi. Ekonomi Islam yang belum menjadi mainstream di negeri mayoritas Islam adalah salah satu masalah besar tersebut. Praktisnya produk-produk pakan maupun peternakan harus sejalan dengan industri halal sehingga memberi berkah dalam kehidupan dunia dan akhirat, bukan hanya mencari keuntungan semata tetapi menghalalkan segala cara.

Tuesday, February 16, 2021

Belajar Sejarah Industri Pakan Ternak Dunia

Kemampuan untuk membuat suplai makanan yang stabil dari hewan ternak membuat populasi dunia berkembang, pusat-pusat masyarakat berkembang dan kota-kota bermunculan. Domestikasi tanaman-tanaman liar dan ternak, serta penggunaan irigasi dan alat-alat pengolah tanah membuat populasi semakin berkembang. Ketika populasi manusia semakin bertambah dan masyarakat banyak tinggal di perkotaan, peternakan dan pertanian semakin terorganisir, efisien dan produktif dengan penggunaan teknologi dan berbagai inovasi. Ilmu nutrisi pakan ternak menjadi disiplin ilmu dimulai sekitar 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1810 ilmuwan Jerman bernama Albrecht Daniel Thaer mengembangkan standar pakan ternak pertama yakni dengan membandingkan nutrisi berbagai jenis hay. Hal tersebut selanjutnya diikuti sejumlah penemuan terkait nutrisi pakan ternak seperti sistem analisis proksimat, standard pakan berdasar nutrisi yang tercerna,  vitamin dan mineral yang dibutuhkan hewan ternak, hingga pada tahun 1944 L.A.Maynard mempublikasikan tabel kebutuhan nutrisi untuk ternak dan laboratorium peternakan. Tabel kebutuhan nutrisi tersebut selanjutnya menjadi standar dunia untuk formulasi pakan hingga saat ini termasuk diantaranya ternak ruminansia seperti domba, kambing dan sapi. 

Pakan ternak menjadi komoditas perdagangan atau produk komersial dimulai pada awal 1800an ketika alat transportasi dan menggerakkan alat-alat pertanian terutama menggunakan kuda dan keledai. Peternakan dan pemeliharaan kuda menjadi suatu hal yang penting. Tempat-tempat pemberhentian kuda sebagai tempat peristirahatan banyak dibuat di sepanjang jalur perjalanan antar kota sebagai fasilitas umum atau mirip dengan SPBU pada saat ini. Salah satu hal penting di tempat peristirahatan tersebut adalah penyediaan pakan berkualitas bagi kuda-kuda tersebut, seperti hay, biji-bijian dan sebagainya. Hal tersebut bermunculan sejumlah usaha penyedia pakan kuda dan keledai tersebut, dan sejumlah perusahaan pakan yang ada hari ini seperti Cargill, ADM, Purina, dan Ridley bermula dari sini, meskipun saat itu penggunaan formulasi pakan secara ilmiah sangat minim digunakan.

Pemberhentian kuda dan penyediaan pakan di era tahun 1800an

Pabrik-pabrik pakan di Amerika dibangun berdekatan dengan penggilingan biji-bijian, bahkan banyak industri telah bergerak di penggilingan biji-bijian itu juga ikut terlibat dalam industri pakan tersebut. Industri pakan ternak menggunakan produk samping atau limbah dari penggilingan biji-bijian tersebut. Pabrik pakan ternak pertama dibuat dengan menambahkan sejumlah nutrisi pada produk samping tepung terigu. Penggunaan teknologi dan mekanisasi juga semakin banyak untuk mencapai produk pakan dengan kualitas seragam dan proses produksi yang efisien. Pada menjelang tahun 1900 hammer mill pertama kali digunakan diikuti dengan horizontal batch mixer pada tahun 1909. Pada awal abad 20 terlihat banyak kemajuan dari penggunaan teknologi untuk pakan ternak tersebut tetapi kemajuan yang terlihat paling mencolok dan dramatis adalah ketika Purina memperkenalkan pellet pakan pada tahun 1920an. Dengan pelletisasi tersebut bahan brupa serbuk, kurang disukai ternak (unpalatable), kepadatan yang berbeda-beda menjadi lebih mudah digunakan dan meningkatkan keseragaman. Teknik pelletisasi ini kemudian dengan cepat banyak diminati oleh banyak produsen pakan sehingga pada tahun 1930 ada sejumlah pabrik pakan yang spesialis produksi pellet pakan (feed pellet) tersebut. 


Sekitar tahun 1940 dan 1950 formulasi pakan lebih kompleks dengan penambahan vitamin dan mineral. Pada akhir tahun 1950an kemajuan dan spesialisasi terus berlanjut dalam industri pakan tersebut. Selain itu kapasitas produksi juga semakin besar, bahkan pada tahun 1970an kisaran kapasitas pabrik pakan ternak antara 200 - 500 ribu ton per tahun. Sementara itu peternakan-peternakan besar memilih membuat pakan sendiri supaya semakin kompetitif. Penggunaan otomatisasi pada pabrik pakan dimulai tahun 1975 dan terus berevolusi untuk meminimalisir biaya pakan dan memaksimalkan efisiensi proses produksinya. Teknologi berikut perangkat lunak (software) untuk proses produksi terus berkembang antara lain logistik berbagai bahan pakan, karakteristik ukuran, proses pelletisasi, proses extrusi, dan banyak hal lain dalam produksi.

Sedangkan perkembangan industri pakan ternak di Eropa kurang lebih mencontoh pola perkembangan yang ada di Amerika. Pengolahan biji-bijian dan tekologi penggilingan maju secara pesat pada abad ke-19. Dalam upaya mengakselerasi perkembangan industri pakan ternak di Eropa, pada tahun 1959 Belgia, Prancis, Jerman, Italia dan Belanda membentuk European Feed Manufacturers' Federation (FEFAC) sebagai organisasi bagi industri pakan di Eropa. FEFAC ini memiliki misi untuk menyatukan industri pakan dan menjalin komunikasi dan kerjasama di kawasan Eropa. Walaupun cukup sukses dalam upaya tersebut FEFAC mengalami masalah yang cukup menghebohkan yakni pada tahun 1996 dengan krisis Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) karena terkait pemberian pakan berasal dari mammalian meat and bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging mamalia untuk pakan ruminansia. Daging yang terinfeksi BSE tersebut menyebabkan penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia sehingga menimbulkan resiko tinggi pada rantai pangan manusia. Setelah wabah itu menyebar selanjutnya penggunaan MBM dalam pakan ternak dilarang. Peraturan tersebut menyebabkan ketergantungan yang tinggi pada bahan baku import seperti tepung kedelai (soybean meal) untuk keberlangsungan suplai daging, susu dan telur. Belajar dari hal tersebut FEFAC pada abad 21 ini memiliki fokus berupa inisiatif pada feed and food safety. Organisasi mengambil inisiatif untuk bisa diberlakukan secara global seperti pada 2001 melarang penggunaan MBM, pada 2006 melarang antibiotik pada pakan, perundang-undangan terkait nitrate pada kotoran ternak, dan penggunaan bahan baku transgenik (GMO).   

Brazil adalah negara di Amerika Selatan yang cukup maju pada industri pakan ternak dan saat ini merupakan suplier terbesar ketiga di dunia pakan ternak. Menariknya adalah produksi pakan komersial di Brazil baru banyak dilakukan pada tahun 1960an. Pola perkembangan industri pakan ternak di Brazil menggunakan model yang sama seperti di Amerika dan Eropa, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat pada penggilingan dan pengolahan biji-bijian seperti gandum, dan jagung juga yang pertama terlibat pada industri pakan ternak. Pabrik pakan pertama dari kulit gandum (wheat bran) dibangun pada 1940an. Saat ini di Brazil sebagian industri pakan terintegrasi dengan peternakannya atau sekitar 80% yang berarti industri pembuat pakan juga merupakan industri yang sama dengan peternakan tersebut. Hal yang menarik lainnya adalah Brazil juga menempati peringkat dua dunia untuk industri pakan hewan peliharaan, padahal industri ini hampir tidak ada sebelum tahun 1990an. Brazil memiliki produksi melimpah untuk jagung, kedelai dan komoditas lainnya yang sangat mendukung industri pakan ternak tersebut.

China adalah produsen pakan ternak terbesar di dunia atau mencapai hampir 20% dunia diikuti Amerika Serikat (17,4%) dan Brazil (6,8%). Sejarah industri pakan ternak di China dimulai pada tahun 1930 dengan penggilingan tepung modern pertama berdiri dan diikuti dengan pemanfaatan produk samping penggilingan tersebut untuk pakan ternak. Sedangkan pabrik pakan modern pertama baru berdiri pada tahun 1949. Selanjutnya karena suasana politik tidak menentu dan pertumbuhan ekonomi lambat serta pemerintahan terpusat membuat produksi biji-bijian menurun sehingga sebagian besar untuk konsumsi manusia. Pertumbuhan industri pakan maupun peternakan juga sangat terbatas. Perubahan kondisi politik tahun 1976 membuat industri pakan ternak mulai tumbuh lagi. Pada tahun 1977 diadakan studi banding tentang industri pakan di Prancis, Jepang dan Amerika. Dan pada tahun 1984 draft tentang rencana pengembangan industri pakan telah dipublikasikan dengan sejumlah garis besar tujuan dan strategi-strategi antara tahun 1984-2000. 

Pada tahun yang sama (1984) juga sejumlah kebijakan juga dikeluarkan untuk menunjang perkembangan industri pakan dalam negeri seperti pajak eksport tinggi untuk bahan pakan dan alat-alat penggilingan, bebas pajak hingga 3 tahun bagi pabrik pakan baru dan bahkan tidak ditarik pajak jika pabrik belum menghasilkan keuntungan yang memadai. Standar pakan pertama dikeluarkan pada tahun 1996, tetapi karena interpretasi terhadap standar tidak konsisten membuat hampir 10% dari uji pakan ternak dibawah standar pada 1998. Bahkan pada tahun 2007 terjadi penarikan pakan hewan peliharaan karena terkontaminasi melamin dan cyanuric acid (yang tinggi kadar nitrogen dan teridentifikasi sebagai kandungan protein kasar) pada unsur protein yang menyebabkan kegagalan ginjal.  Penggunaan nitrogen dari bahan kimia diatas juga dilakukan pada produk-produk pertanian juga membuat penarikan produk-produk pertanian dari China yang dilakukan di Afrika Selatan, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan Amerika memerintahkan USDA untuk memeriksa semua produk-produk pertanian dari China. Tahun 2008 dan 2009 China fokus mengeliminasi masalah pemalsuan atau pencampuran tersebut dan efek krisis yang ditimbulkan. Pada tahun 2010 versi revisi tentang peraturan pakan dan aditif pakan dipublikasikan untuk lebih menjamin kualitas dan keamanan (safety). Walaupun China sebagai produsen pakan terbesar di dunia tetapi kebutuhan bahan baku pakan masih mengandalkan import khususnya tepung/bungkil kedelai untuk mendukung kebutuhan pangan berupa daging, susu dan telur untuk sekitar 1,3 milyar penduduknya.

Sumber dan ketersediaan pakan selalu menjadi orientasi utama bagi usaha peternakan. Dari sejarah di atas nampak jelas bahwa peternakan-peternakan besar selalu dibangun berdekatan dengan sumber pakan seperti penggilingan gandum. Peran pemerintah juga sangat penting untuk mendorong usaha tersebut. Mahalnya harga konsentrat produksi pabrik juga bisa menjadi daya dorong tumbuhnya peternakan besar yang berdekatan dengan kebun energi. Unsur protein dalam pakan selain penting dan esensial juga merupakan unsur biaya tertinggi, sedangkan pakan sendiri memegang komponen biaya tertinggi dalam usaha peternakan atau sekitar 70%. Ruminansia adalah herbivora sehingga pakannya adalah berasal dari tumbuh-tumbuhan, kasus MBM di Eropa bisa menjadi pelajaran mahal bahwa pemberian pakan dari mamalia ternyata malah menimbulkan masalah baru. Apalagi jika kategori makanan tersebut najis, maka binatang ternaknya menjadi binatang jalalah yang dilarang dikonsumsi. Sedangkan kasus pencampuran dengan bahan kimia berbahaya yang terjadi di China dengan  melamin dan cyanuric acid hanya untuk mengelabui kandungan protein sehingga terlihat tinggi juga membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. 

Momentum kebun energi atau kebun biomasa bisa menjadi momentum besar untuk tumbuhnya industri peternakan ruminansia asalkan memang dipersiapkan dengan baik. Sumber pakan lainnya bisa didapatkan dari lingkungan sekitar sehingga komposisi pakan komplit (complete feed) bisa terpenuhi. Dedak dan bekatul dari penggilingan padi juga tidak sulit didapatkan di Indonesia karena makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia adalah nasi. Sawah-sawah pertanian padi hampir ada di setiap tempat demikian penggilingan padinya. Sumber lain dari jenis rerumputan seperti rumput gajah,odot, rumput benggala dan sebagainya sebagai sumber serat ataupun limbah-limbah pertanian seperti jerami, daun kacang tanah, daun dan batang jagung dan sebagainya bisa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Dan ketika produksi pakan telah mencukupi untuk kebutuhan sendiri, kelebihan produksi pakan bisa dijual ke tempat lain.

Saturday, January 30, 2021

Cofiring Biomasa, Kebun Energi dan Peternakan Ruminansia

Cofiring biomasa dengan batubara pada PLTU-PLTU di Indonesia sebagai program PLN untuk mendukung pemakaian energi terbarukan khususnya biomasa bisa jadi sebagai momentum terdekat kebun energi. Program tersebut juga sebagai upaya untuk mencapai target penggunaan energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, sedangkan sampai saat ini masih kurang dari 5%. Pada tahun 2020 program cofiring tersebut sudah diinisiasi dengan target 37 PLTU tetapi pada prakteknya yang terlaksana 20 PLTU. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PLN yang berpotensi dapat dilakukan cofiring tersebut yang tersebar di 52 lokasi dengan kapasitas total 18.154 megawatt (MW) dengan target selesai tahun 2024. Rinciannya terdiri dari 13 lokasi PLTU di Sumatera, 16 lokasi PLTU di Jawa, 10 lokasi di Kalimantan, 4 lokasi di Bali, NTB dan NTT, 6 lokasi di Sulawesi, dan 3 lokasi di Maluku dan Papua. Sedangkan rasio cofiring tersebut berkisar 1-5% biomasa dengan estimasi kebutuhan biomasa 9-12 juta ton per tahun. 

Dan baru saja juga telah terjadi kesepakatan antara PLN dengan Perhutani dan PTPN III untuk menyuplai biomasa untuk program cofiring tersebut, untuk info lebih lanjut bisa dibaca disini. Dalam hal ini, PLN sebagai pemilik PLTU, sedangkan Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan tanaman industri baik di Jawa (Perhutani) maupun di luar Jawa (Inhutani) yang bisa dikembangkan sebagai hutan tanaman energi atau kebun energi. Demikian juga dengan PTPN III dengan lahannya yang juga bisa digunakan untuk kebun energi tersebut. Gamal (gliricidia sepium) dan kaliandra merah (calliandra calotyrsus) adalah dua spesies tanaman rotasi cepat yang kemungkinan besar untuk kebun energi tersebut. Apabila setiap 4.000 hektar menghasilkan produksi 10.000 ton/bulan wood pellet atau 120.000 ton/tahun maka paling tidak dibutuhkan 400.000 hektar untuk memenuhi target cofiring 1-5% tersebut yang ekuivalen 9-12 juta ton per tahun. Potensi daun gamal atau kaliandra juga akan sangat melimpah. Dan semestinya juga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor industri ruminansia. Apalagi jika ke depannya PLN menambah porsi cofiringnya misalnya 6-10% atau bahkan 20% saja tentu kebun energi yang dibutuhkan akan sangat luas, demikian juga akan melimpah ruah potensi daun gamal atau kaliandra tersebut. 

Pandemi covid-19 masih terus berlangsung dengan pertambahan kasus semakin besar di Indonesia dan belum terlihat kurva melandai bahkan kasus positif telah menembus lebih dari 1 juta jiwa. Hal tersebut diprediksi bahwa pandemi ini akan menjadi masalah jangka panjang dengan indikasi antara lain ditemukan varian-varian (strain) baru sehingga vaksin yang sudah disiapkan menjadi tidak atau kurang mujarab dan munculnya gelombang kedua wabah covid bahkan setelah vaksinasi dilakukan sehingga memaksa kota bahkan negara melakukan lockdown. Betapa Maha Kuasanya Allah SWT dengan segala kehendak-Nya, dimana seharusnya semakin mempertebal iman dan takwa kita. Kondisi pandemi covid-19 yang masih berkepanjangan membuat orang-orang takut dan menghindari kerumunan atau berkumpul termasuk aktivitas profesional seperti kantor dan industri. Kondisi ini juga akan mendorong tumbuhnya aktivitas usaha yang efisien dengan penggunaan berbagai teknologi yang ada. 

Pengembangan-pengembangan industri berbasis teknologi dan efisien seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk bertahan bahkan menjaga keberlangsungan (sustainibility) untuk tetap bisa mempertahankan pasokan barang yang dibutuhkan masyarakat. Konsentrasi-konsentrasi penduduk di suatu daerah juga harus semakin dikurangi dan didistribusikan dengan baik. Kota-kota besar menjadi semakin berkurang daya tariknya. Unit-unit produksi yang efisien harus ditingkatkan jumlahnya demikian juga distribusinya juga harus semakin merata. Daerah-daerah pinggiran, pedesaan bahkan pegunungan menjadi semakin dinikmati. Semakin dekat dengan alam atau usaha-usaha berbasis pemanfaatan sumber daya alam semakin dinikmati seiring distribusi lokasi usaha yang semakin merata atau tidak menumpuk di kota-kota besar. Warga dunia juga semakin banyak yang menginginkan sistem yang lebih adil dalam mengatur kehidupannya

Usaha peternakan ruminansia (domba, kambing dan sapi) adalah usaha potensial apalagi didukung pemanfaatan limbah daun dari kebun-kebun energi tersebut. Lokasi untuk kebun energi tersebut pada umumnya di daerah hutan yang cukup jauh dari perkotaan. Daun gamal atau kaliandra tersebut bisa diolah menjadi berbagai bentuknya (konsentrat, hay, pellet, briquette dsb) sesuai permintaan atau penggunaannya. Dengan pemanfaatan teknologi yang baik maka limbah daun tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal sehingga mendukung kemajuan usaha peternakan ruminansia. Peternakan tersebut juga akan sangat baik jika dibuat di dekat kebun energi sebagai salah satu sumber pakannya. Untuk mendapatkan komposisi pakan komplit (complete feed) pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan.

Export Domba dan Pellet Pakan Ternak ke Aljazair

  Aljazair mencanangkan import domba hingga 1 juta ekor untuk memenuhi kebutuhan Idul Adha. Hal ini karena kebutuhan dalam negeri yang bes...