Sejak tahun 1937
kaliandra telah ditanam di Perhutani dan daerah yang lebih luas
bersamaan dengan program penghijauan dan pendukung kayu bakar dan pakan
ternak. Dan juga sejak tahun 1974, Perhutani telah menyebarkan bibit
kaliandra kepada petani hutan dan memanfaatkannya sebagai tanaman batas
antara kawasan hutan dan daerah pedesaan atau lahan pertanian. Budidaya
kaliandra pada saat itu terutama ditujukan untuk menyediakan kayu bakar
dan pakan ternak bagi masyarakat yang tinggal di hutan, dan mengurangi
ketergantungan pada minyak tanah untuk memasak. Kaliandra digunakan
sebagai tanaman teras (penahan erosi) dengan kemiringan tinggi untuk
memperkuat perkebunan utama, misalnya dengan perkebunan jati, dan juga
untuk tujuan perlindungan tanah, karena dapat meningkatkan kesuburan
tanah melalui kemampuan akarnya untuk menyerap nitrogen dalam bentuk
bintil akar.
Sedangkan jenis
tanaman gliricidia banyak digunakan sebagai tanaman tepi atau tanaman
pagar untuk mencegah ternak besar memasuki hutan. Kayunya digunakan
sebagai kayu bakar dan daunnya digunakan sebagai pakan ternak. Kayunya
dapat dipanen dengan cepat, dan pemangkasannya juga dilakukan dengan
proses yang cepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa, tidak
direkomendasikan untuk menanam spesies baru yang memiliki karakteristik
yang tidak diketahui sampai ada kegiatan penelitian yang memadai tentang
spesies tersebut.
Sebagai contoh
misalnya jenis akasia relatif memiliki karakteristik sebagai spesies
yang cepat tumbuh namun tidak banyak diketahui apakah bisa digunakan dan
dikelola dengan sistem trubusan (coppice) yang berkelanjutan. Dan juga
jenis-jenis tersebut tidak seperti tanaman kaliandra dan gamal meski
mudah dalam budidaya dan pemanenan, namun tidak terbukti cocok untuk
penerapan sistem trubusan rotasi pendek, dan juga jarang ditanam dalam
skala yang lebih luas.
Meskipun kaliandra
dan gliricidia bukan spesies pohon asli di Indonesia, tetapi spesies
tersebut telah lama diperkenalkan, dan dapat ditemukan hampir di seluruh
pulau Jawa. Calliandra dan Gliricidia menjadi sangat populer di daerah
pertanian di sebagian besar wilayah Jawa. Selain itu bahkan juga belum
banyak laporan yang menggambarkan adanya hama dan / atau penyakit yang
berkaitan dengan salah satu spesies tersebut. Kayu yang dihasilkan dari
tanaman kaliandra dan gliricidia memiliki karakteristik fisik dan kimia
yang relatif baik untuk dijadikan kayu bakar atau sebagai bahan baku
wood pellet. Nilai kalorinya tinggi dan kadar abunya rendah.
Indonesia sebagai
negara tropis bahkan dengan luas tanah terbesar di Asia Tenggara akan
sangat potensial mengembangkan kebun energi tersebut. Kebun energi pada
hakekatnya adalah sumber energi atau diibaratkan sebagai baterai, yang
menyimpan energi matahari dalam tanaman ,kebun energi tersebut, untuk
lebih detail bisa dibaca disini.
Walaupun pengembangan aneka tipe energi terbarukan terus dipacu tetapi
untuk menyimpan energi dalam kapasitas besar akan membutuhkan baterai
yang juga sangat besar. Riset baterai tersebut juga diperkirakan akan
membutuhkan waktu cukup lama dan biaya besar, sehingga dalam rangka
karbonisasi maka energi biomasa bisa digunakan untuk cofiring dan bahkan
fulfiring hingga pada saatnya baterai besar itu bisa diaplikasikan.